Dengan pertolongan seorang pengacara yang pandai dia berhasil memperoleh paten sebuah permainan semacam pachinko, yang terdapat di tempat-tempat minum dan arena-arena permainan.
Dari setiap pemilik alat permainan itu mereka setiap bulannya meminta Rp. 8700,— sebagai "iuran lisensi". Polisi memperkirakan pendapatan mereka setiap tahunnya sekitar 29 milyar rupiah.
Seorang " dari Sumiyoshi-Rengo, resminya makelar barang tak bergerak, menerima 638 juta rupiah untuk pembelian sebuah gedung dari sebuah perusahaan besi baja.
Seorang anggota parlemen partai pemerintahlah yang menghubungkan makelar dengan perusahaan itu.
Tetapi ternyata kontraknya tidak berlaku, karena gedung itu sudah lama dijual. Yakuza pun ditangkap dan tokoh politik itu tidak mau mengakui bahwa dia perantaranya.
"Banyakkah kawan Anda di antara politikus?" tanya saya pada Numazawa. "Kami mempunyai hubungan dengan mereka, tetapi sebaiknya kita tidak usah membicarakan hal itu. Saya menghormati kaisar. Kami, Yakuza termasuk golongan kanan dan kami berjuang melawan komunis".
"Apakah Anda juga membantu perekonomian?" "Ya, saya melakukan apa yang dapat saya lakukan. Dengan kehadiran kami pada rapat pemegang saham, kami menolong para pemimpin perusahaan sehingga rapat dapat berlangsung dengan tenang."
Para pemimpin perusahaan Jepang tidak suka orang terlalu banyak bertanya. Karena itu mereka menyewa apa yang disebut "Sokaiya". Untuk bisa masuk rapat pemegang saham, mereka diberi saham.
Tuan-tuan yang disewa ini akan membungkamkan orang yang terlalu banyak bertanya. Karena itu 95% dari rapat semacam itu hanya berlangsung selama 30 menit.
Baca Juga : Jopok, Mafia Seram Dari Korea yang Tak Kalah Nekat Dari Yakuza
KOMENTAR