Itu mulai menenangkan saya ketika saya mempertahankan kontak mata dengannya. Saya merasa terhubung; ada di situ. Tidak ada yang lain di pikiranku selain dia; kami berdua.
Saya mulai sadar akan aliran susu yang meninggalkan tubuh saya untuk memberinya kehidupan.
Saya memperhatikan ketika dia mulai melambat dan lelah. Saya siap untuk membantunya, mendapatkan susu yang terakhir dari payudaraku.
Baca Juga : Tak Perlu Hamil dan Melahirkan untuk Seorang Perempuan Bisa Menyusui
Dia berhenti menyusu. Dia merasa sudah cukup kenyang. Dia mendapatkan kenyamanan dari mengisap dan aku membiarkannya sejenak sebelum bertanya apakah dia sudah selesai.
Dia mengisap beberapa saat lebih lama dan kemudian secara sukarela melepas dari payudara dan menatapku.
Mulutnya membentuk senyum manis dan apresiatif. Saya tidak bisa berhenti memandangnya.
Momen seperti apa yang saya lewatkan? Saya telah mengisinya dengan susu tetapi tidak memberikan apa pun untuk saya dan sebaliknya, dia memberi saya semua dan saya tidak menerima apa pun.
Baca Juga : (Foto) Inspiratif, Wanita Ini Tetap Mengikuti Ujian Universitas Sambil Menyusui Anaknya
Sering kali, ketika membaca artikel yang memikat di ponsel saya saat dia menyusu, bayi saya akan tertidur sebelum saya memperhatikannya.
Tidak ada hubungan antara fase-fase ini. Saya kemudian membaringkannya di ranjangnya, dan dia akan bangun beberapa jam kemudian.
Menyusui adalah pekerjaan yang diselesaikannya secara fisik pada saya, tetapi secara emosional, dia sendirian.
Hubungan pikiran kami tidak nyambung. Pikiran saya tertuju pada sesuatu yang lain.
Syukurlah, saya kini sadar saat dan sejak saat itu saya membuat waktu khusus ini lebih dari sekadar memberinya makan.
Ini tentang hubungan ibu ke anak. Di saat-saat indah bersama ini, tidak ada orang lain di dunia ini yang bisa mengganggu kami.
Nah, Anda masih mau menyusui sambil melihat layar ponsel?
Penulis | : | Katharina Tatik |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR