Advertorial

Misteri Manusia Hobit di Indonesia Sedikit Tersingkap Karena Tikus, Kok Bisa?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Julukan "The Hobbit" atau manusia hobit yang disematkan pada Homo floresiensis hingga sekarang masih menjadi misteri di dunia ilmiah.
Julukan "The Hobbit" atau manusia hobit yang disematkan pada Homo floresiensis hingga sekarang masih menjadi misteri di dunia ilmiah.

Intisari-Online.com -Julukan "The Hobbit" atau manusia hobit yang disematkan pada Homo floresiensis hingga sekarang masih menjadi misteri di dunia ilmiah.

Namun, para peneliti sekarang nampaknya mulai menemukan satu titik terang mengenai manusia kerdil tersebut.

Gua batu kapur di Liang Bua, Flores yang dikenal sebagai sebagai tempat tinggal Homo floresiensis ternyata juga rumah bagi tikus.

Hewan pengerat ini dapat membantu menunjukkan bagaimana kehidupan manusia Hobbit di masa lalu.

Baca Juga : Di Desa Trunyan, Mayat-mayat 'Diletakkan Begitu Saja' di Bawah Pohon Menyan Tanpa Dikubur

"Pertama kali saya pergi ke situs tersebut, saya melihat banyak tulang belulang di tanah dan hampir semuanya adalah tulang tikus," kata Matthew Tocheri, peneliti dari Lakehead University.

Ketika H. floresiensis pertama kali ditemukan, para arkeolog sempat kaget dengan otaknya yang kecil serta sifat primitifnya yang aneh.

Hal tersebut memicu perdebatan di mana H. floresiensis akan ditempatkan dalam pohon keluarga manusia.

Saat para peneliti mencari petunjuk mengenai misteri ini, lingkungan Hobbit mulai menjadi fokus.

Baca Juga : Perjaka dan Perawan Semakin 'Menumpuk', Masa Depan Jepang Semakin Mengkhawatirkan

Para peneliti juga menemukan banyak tikus yang hidup di gua Liang Bua.

Malah, hampir 80 persen tulang yang ada di gua merupakan tulang tikus.

Dari semua spesies di Bumi, tikus merupakan kelompok mamalia yang paling beragam dan dapat membantu menyampaikan informasi mengenai ekologi dan lingkungan setempat.

Dalam kasus di Gua Liang Bua, tikus telah bertahan hidup di sana ribuan tahun lebih lama daripada Hobbit atau hewan lainnya.

Tocheri dan Elizabeth Veatch, mahasiswa S2 Emory University, pun mengukur lebih dari 12.000 tulang tikus, dan mengelompokkannya dalam kelas ukuran melalui urutan stratigrafi.

Baca Juga : Ditetapkan Sebagai Tersangka, Pengeroyok Audrey Bisa Bebas dari Hukuman karena 'Hanya' Dikenai Tuduhan Penganiayaan Ringan Sesuai Hasil Visum

Para peneliti juga mengukur spesies tikus yang masih bertahan hidup di gua hingga sekarang.

Menariknya, ukuran tikus ini bisa sebesar anjing kecil.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan dalam lingkungan di sekitar gua yang memicu adanya perpindahan ke wilayah terbuka.

Pergeseran ini juga mempengaruhi Hobbit, spesies besar lain seperti Stegodon, bangau dan komodo.

Baca Juga : Kepala Manusia Sebagai Mas Kawin dan Tradisi Penggal Kepada Suku Naulu

Para peneliti juga menyebut jika ada kemungkinan Homo floresiensis sudah pernah melakukan kontak dengan manusia modern (Homo sapiens) yang telah tiba di pulau itu sekitar 46.000 tahun yang lalu.

Kini, para peneliti masih berusaha untuk menganalis temuan-temuan tersebut.

Kalau beruntung, mereka akan bisa menemukan lebih banyak bukti lain yang dapat menyempurnakan cerita mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada hari-hari terakhir kerabat manusia ini.

Temuan ini telah dipublikasikan dalam Journal of Human Evolution.

Baca Juga : 1000 Tahun Sebelum Charles Darwin, Ilmuwan Islam Temukan Teori Evolusi

Artikel ini telah tayang di Kompas.com olehMonika Novena dengan judul "Berkat Tikus, Misteri Manusia Hobit Makin Terang"

Artikel Terkait