Advertorial

Tak Hanya Wanita, Kini Ada Juga Pil KB Untuk Pria, Tapi Amankah?

Mentari DP

Editor

Para peneliti mengumumkan bahwa uji coba klinis pil KB pria bernama 11-beta-MNTDC terhadap 40 partisipan menunjukkan hasil yang memuaskan.
Para peneliti mengumumkan bahwa uji coba klinis pil KB pria bernama 11-beta-MNTDC terhadap 40 partisipan menunjukkan hasil yang memuaskan.

Intisari-Online.com – Anda tahu pil KB?

Pil KB atau pil kontrasepsi adalah pil yang dikonsumsi untuk mengubah cara kerja tubuh dan mencegah kehamilan.

Dalam kasus ini, pil KB bisa mengontrol ovarium dan uterus.

Nah, seperti yang kita tahu, pil KB biasanya diminum oleh para wanita yang ingin menunda kehamilan.

Baca Juga : USS Arcade, Game Untuk Bernostalgia Masa Kecil Anda

Tapi bagaimana jika Anda pil KB untuk pria?

Adakah? Dan amankah?

Sebab, terkadang pil KB tidak 100% berfungsi pada wanita. Karena nyatanya ada saja wanita yang tetap hamil walau ia sudah minum pil KB atau

memasang pil KB di tubuhnya.

Tapi selama bertahun-tahun, para peneliti telah berusaha membuat pil KB pria dan akhirnya kini menjadi kenyataan.

Pada minggu ini, para peneliti asal Amerika Serikat mengumumkan bahwa uji coba klinis pil KB pria bernama 11-beta-MNTDC terhadap 40 partisipan menunjukkan hasil yang memuaskan.

Selain aman, obat tersebut ditemukan tidak menurunkan libido pria.

Pakar biologi reproduksi pria, Christina Wang, dari Los Angeles Biomedical Research Institute (LA BioMed), mengatakan kepada Sciencealert, Selasa (26/3/2019); hasil kami menunjukkan bahwa pil ini, yang mengombinasikan dua aktivitas hormon menjadi satu, akan menurunkan produksi sperma sambil mempertahankan libido.

Baca Juga : Benarkah Vitamin D Bisa Membuat Umur Lebih Panjang? Ini Jawaban Ahli

Pil KB 11-beta-MNTDC yang memiliki nama lengkap 11-beta-methyl-19-nortestosterone-17-beta-dodecylcarbonate merupakan bentuk testoteron yang sudah dimodifikasi agar memiliki karakteristik progestasional atau memblokir sperma dan androgenik atau menyeimbangkan hormon.

Karakteristik kedua ini berguna untuk mempertahankan kejantanan pria (suara rendah dan pola rambut pria), menstabilkan berat badan dan mempertahankan dorongan seksual ketika produksi testoteron di testis dihentikan.

Untuk mengujinya, para peneliti merekrut 40 pria.

Selama 28 hari, 30 pria mengonsumsi 11-beta-MNTDC dalam dosis rendah atau lebih tinggi, sedangkan 10 sisanya diberi plasebo.

Hasilnya yang dipresentasikan dalam ENDO 2019, obat ini terlihat aman.

Para partisipan tidak menunjukkan adanya efek yang buruk atau kekhawatiran klinis tertentu, walaupun terjadi penurunan hormon LH dan FSH yang dibutuhkan untuk memproduksi sperma.

Di antara para partisipan, lima memang mengalami sedikit perubahan pada libido dan dua mengalami disfungsi ereksi ringan.

Namun untuk ukuran obat berbasis hormon, para peneliti berkata bahwa efek-efek ini tergolong ringan.

Meski demikian, para juga peneliti menegaskan bahwa uji coba klinis pertama ini baru data awal.

Para peneliti juga baru menguji keamanannya, bukan efektifitasnya sebagai alat kontrasepsi.

Hal itu baru akan dilihat dalam uji coba berikutnya.

Untuk saat ini, 11-beta-MNTDC terlihat aman untuk dikonsumsi dan hanya sedikit partisipan yang mengalami efek samping seperti rasa lemas, sakit kepala dan jerawat.

Baca Juga : 5 Risiko Pakai Sepatu Hak Tinggi, Jari Bengkok hingga Patah Tulang

Efek samping

Efek samping juga hanya sedikit dan ringan, kata para pakar.

Lima pria yang minum pil melaporkan, birahi mereka sedikit menurun dan dua menyebut mengalami gangguan ereksi ringan.

Namun, aktivitas sosial tidak menurun dan semua peserta tetap mengonsumsi pil.

Peneliti di balik pil kontrasepsi ini, Prof Christina Wang dan mitranya, menyatakan senang, tetapi berhati-hati atas penemuan ini.

"Hasil penelitian kami menunjukkan pil yang mengombinasikan dua hormon ini akan menurunkan produksi sperma, tetapi gairah seks tetap bisa bertahan," katanya.

Namun, percobaan yang lebih lama diperlukan untuk mengetahui apakah pil kontrasepsi ini bermanfaat untuk menekan kelahiran.

Prof Wang juga pernah menguji coba gel yang diusap di punggung dan bahu.

Hormon progestin gel yang diserap kulit ini menghambat produksi testoteron dalam testis dan mengurangi produksi sperma.

Pengganti testoteron dalam gel berfungsi untuk mempertahankan gairah seks dan fungsi lain hormon itu.

Ilmuwan lain telah menguji coba kontrasepsi dengan suntikan setiap dua bulan.

Namun, upaya ini dihentikan setelah sejumlah relawan mengeluh efek samping, termasuk depresi.

Bagi pria yang tidak ingin menggunakan hormon untuk kontrasepsi, para peneliti mencoba mencari cara menghambat laju sperma melalui vasektomi tanpa bedah. (Shierine Wangsa Wibawa)

(Artikel ini telah tayang diKompas.com dengan judul "Uji Coba pada Manusia, Pil KB Pria Terbukti Aman")

Baca Juga : 7 Tanda Jika Seorang Wanita Sedang Mengandung Anak Perempuan, Salah Satunya dari Morning Sickness

Artikel Terkait