Intisari-Online.com – Pada 1894, Galunggung meletus sekali lagi. Pada tanggal 17-19 Oktober, di desa-desa tertinggi terdengar suara gemuruh dari arah kawah-kawah dan terlihat api di tiga tempat.
Di Indihiang dirasakan enam puluh kaJi getaran tanah. Di Tasikmalaya pada tanggal 18 tidak turun hujan abu, tetapi sungai-sungai mulai meluap dan mengandung lumpur dan abu.
Teringat pada bencana hebat tahun 1822, penduduk sekitar Galunggung menjadi panik, sehingga banyak desa ditinggalkan begitu saja.
Baca Juga : 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Sangat Sulit Dibayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi
Pada tanggal 19, di sisi Mangunreja ada sekitar 25.000 orang mengungsi. Tetapi kepanikan itu membawa hikmat juga, sebab lahar kemudian menghancurkan lima puluh desa, tetapi tak ada korban manusia.
Dalam tahun 1918, terjadi lagi letusan, diawali dengan getaran tanah. Pada kegiatan ini terbentuk lagi sumbat lava yang muncul di atas danau kawah Gunung Jadi. Pada letusan ini tidak tercatat korban manusia maupun kerusakan hebat.
Indonesia paling kaya gunung berapi aktif
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Katharina Tatik |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR