Advertorial
Intisari-online.com - Melalui program Bidikmisi, kini setiap masyarakat Indonesia bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi.
Meski demikian ada kisah getir dari perjuangan menjadi mahasiwa melalui program Bidikmisi.
Iman Taufik Ramadhan dan Sajidin misalnya, ia tampak lahap menyantap makan siangnya. Menu kali ini ada nasi, ikan, telur, dan sayur.
“Enak ini, ikannya juga jauh lebih besar,” ujar Iman, mahasiswa semester III Ilmu Peternakan Unpad mengomentari keberadaan Kantin Saridhona di Unpad, Jatinangor, Senin (25/3/2019).
Baca Juga : AI Super Wide-Angle Vivo V15, Abadikan Kehangatan Keluarga di Momen Terbaik
Keberadaan kantin ini bagi mahasiswa penerima Bidikmisi seperti dirinya merupakan angin segar karena mahasiswa bisa makan sepuasnya, bayar seikhlasnya di segala situasi.
Sebab bukan cerita aneh jika penerima beasiswa Bidikmisi kesulitan makan. Ini karena uang saku sebesar Rp 650.000 per bulan kerap telat cair.
“Telatnya satu bulan, tapi kemarin ada senior yang telatnya sampai dua bulan,” tutur Iman.
Bagi mahasiswa yang masih mendapatkan dana dari orangtua, keterlambatan ini tidak jadi soal.
Baca Juga : Cek Dulu Sebelum Beli, Ini Spesifikasi Vivo V15 yang Dibekali Kamera Selfie 32 Mp
Namun, hal itu jarang terjadi karena penerima beasiswa Bidikmisi rata-rata berasal dari keluarga tidak mampu dari sejumlah daerah.
Banyak orangtua melepas dan memberikan kepercayaan penuh kepada sang anak untuk menjalankan kuliah begitu diterima kuliah dengan bantuan dana Bidikmisi.
Karena itu, ketika uang beasiswa telat cair, para mahasiswa ini harus memutar otak agar tetap bisa bertahan.
“Kalau saya beli telur (satu) kemudian digoreng dan dibagi tiga. Masing-masing untuk makan pagi, siang, dan malam,” ungkap Iman sambil tertawa.
Baca Juga : Tanpa Makanan dan Pakaian, Dua Turis Ini Nekat Hidup Selama 3 Minggu di Hutan Malaysia
Ia masih terbilang beruntung. Sebab beberapa temannya mengalami hal lebih sulit. Ada yang sengaja main ke rumah temannya yang tinggal di Bandung untuk menumpang makan.
Ada pula yang membuat air putih dicampur garam dan vetsin sebagai kuah campuran nasi. Bahkan, ada juga yang memilih menahan lapar.
Sebagai ketua angkatan, Iman kerap mendengarkan keluh kesah teman-temannya. Salah satunya saat beasiswa telat cair.
“Ada juga yang putus kuliah karena orangtua sakit kanker kemudian meninggal. Jadi, dia harus bekerja untuk membantu keuangan keluarga,” kata mahasiswa asal Sukabumi ini.
Baca Juga : Akibat Tak Buang Hajat Selama 1 Minggu, Pria Ini Nyaris Meninggal Hingga Ususnya Dipotong 30 cm
Mahasiswa penerima Bidikmisi lainnya, Sajidin, mengungkapkan hal serupa. Ia harus berhemat untuk menyiasati saat beasiswa telat cair.
“Kalau saya, paling parah itu makan nasi sama kerupuk terus dikasih kecap,” ucapnya.
Meski kerap mengalami kesulitan dan terkadang kelaparan, Sajidin dan Iman bertekad untuk berjuang keras menggapai cita-citanya.
“Saya ingin jadi dosen,” kata Sajidin. Mahasiswa lainnya, Irfan, mengaku memiliki seorang teman penerima Bidikmisi.
Baca Juga : Menurunkan Berat Badan Tanpa Olahraga dengan Trik Diet Ala Jepang, Yuk Dicoba!
Temannya tersebut terkenal pendiam sehingga orang-orang di sekitarnya tidak tahu ketika ia mengalami kesulitan.
Suatu hari, teman Bidikmisi lama tidak masuk kuliah. Ketika ditelusuri, temannya sakit parah karena sering menahan lapar.
Akhirnya, sang teman memilih pulang dan berhenti kuliah.
Pencairan anggaran Direktur Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran (Unpad) Yan Muda Iskandarsyah mengatakan, jumlah penghuni asrama Unpad yang notabene penerima Bidikmisi 546 mahasiswa.
Baca Juga : Menurunkan Berat Badan Tanpa Olahraga dengan Trik Diet Ala Jepang, Yuk Dicoba!
Ketika beasiswa telat cair, kata Yan, ada mahasiswa yang tidak bisa makan.
Dia dan pengurus asrama yang rumahnya berdekatan dengan wilayah kampus kerap mengajak mereka makan di rumahnya.
“Kasihan mereka. Dalam sehari belum tentu mereka bisa makan seperti yang lain,” tuturnya.
Yan mengatakan, biasanya beasiswa Bidikmisi terlambat karena proses pencairan anggaran memakan waktu cukup lama.
Kehadiran Kantin Saridhona, kata Yan, sebenarnya sangat membantu mahasiswa Bidikmisi ketika kesulitan keuangan.
Namun, saat ini dalam sehari Kantin Saridhona baru bisa menyediakan 100-120 porsi, disesuaikan dengan budget yang ada.
Ia berharap, banyak dermawan yang memberikan donasi dalam bentuk apa pun di kantin yang memiliki tagline, makan sepuasnya bayar seikhlasnya tersebut. (Kontributor Bandung, Reni Susanti/Kompas)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi, Makan Nasi Campur Air Garam"