Advertorial
Intisari-Online.com – Sementara kita sibuk bekerja atau membersihkan rumah, ada saja orang yang hanya duduk-duduk matau tiduran.
Para pemalas seperti itu terkadang membuat kita geram. Tetapi mereka yang dipandang remeh itu menyimpan hal ‘besar’ dalam dirinya.
Ini dibuktikan oleh sebuah riset yang diterbitkan dalam Journal of Health Psychology yang mengungkapkan bahwa para pemalas adalah orang yang memiliki kecerdasan tinggi.
Riset dilakukan oleh ilmuwan dari Gulf Coast University di bawah pimpinan Todd McElroy.
Baca Juga : Kisah Istri 'Pemalas' yang Justru akan Membuat para Suami Menangis
Disebutkan, mereka yang menghabiskan lebih sedikit waktu untuk berpikir biasanya merupakan tipe orang yang lebih aktif secara fisik, dibandingkan mereka yang lebih suka menggunakan kekuatan otak.
Gagasan ini mungkin cocok bagi stereotip yang biasa melekat dalam diri para "kutu buku" yang dianggap memiliki kemampuan lemah dalam bidang olahraga.
Dalam riset ini, peneliti mempelajari aktivitas fisik 60 mahasiswa dan membagi mereka menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama terdiri dari mereka yang memiliki kebutuhan tinggi untuk kognisi (need for cognition-NFC).
Kelompok kedua adalah mereka dengan NFC rendah.
NFC dalam psikologi, adalah variabel kepribadian yang mencerminkan sejauh mana individu cenderung terhadap kegiatan kognitif yang mudah.
Baca Juga : Larang Rakyatnya Gunakan Alat Kontrasepsi, Presiden Tanzania: Pemakai Alat Kontrasepsi Itu Pemalas
Peneliti menemukan, orang-orang yang menikmati penyelesaian teka-teki memiliki NFC tinggi, dibandingkan orang-orang dengan NFC rendah.
Orang dengan NFC rendah lebih memilih menyelesaikan tugas yang tak membutuhkan kekuatan pikiran.
Selanjutnya, para responden pun dipasangi perangkat pelacak aktivitas semacam Fitbit, untuk merekam gerakan mereka setiap 30 detik.
Setiap orang mengumpulkan 20.000 poin data yang kemudian digunakan untuk membandingkan tingkat aktivitas kedua kelompok.
Hasilnya, terdapat perbedaan subtansial antara orang dengan NFC tinggi dan rendah.
Dalam seminggu masa riset, peserta yang memiliki NFC rendah jauh lebih aktif daripada mereka yang memiliki NFC tinggi.
Dari analisis data diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kognisi bukanlah cerminan dari kecerdasan seseorang.
Menurut peneliti, orang dengan tingkat intelegensi lebih rendah dapat menikmati kehidupan kontemplatif dan tantangan kognitif yang baik.
Baca Juga : Jangan Salah, Menjadi 'Pemalas' Ternyata Bagus Lho untuk Lingkungan, Begini Penjelasannya
Sebaliknya, orang dengan tingkat intelegensi tinggi tidak suka menggunakan otak mereka dengan cara yang menantang.
Lalu, apa yang sebenarnya membuat seseorang memiliki sifat pemalas? Menurut McElroy, kepercayaan pada motivasi sederhana adalah faktor kunci dalam aktivitas fisik seseorang.
Seseorang bisa milih aktivitas fisik yang lebih lama untuk menghindari tugas mental yang menantang.
Misalnya, kita lebih memilih melakukan olahraga lari selama 10 menit untuk menghindari mengerjakan tugas laporan sebanyak 20 halaman.
Penelitian ini pun mengimbau agar masyarakat tidak menilai mereka yang suka bersantai dengan pandangan negatif.
"Meski tampak malas, atau dipandang sebagai pemalas oleh orang lain, bisa jadi mereka sebenarnya terlibat dalam beberapa jenis pemikiran tingkat tinggi," kata McElroy.
Di sisi lain, gaya hidup malas ini memang berisiko pada kesehatan, dan semua orang tahu jika ini perlu tindak lanjut.
"Mereka sadar akan hal itu, tetapi dengan cara yang sama, jika mereka terlibat dalam kegiatan berpikir dan berpikir, mereka biasanya tidak bergerak," tambahnya. (Ariska Puspita Anggraini)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Orang Malas Punya Kecerdasan Tinggi, Benarkah?"
Baca Juga : Saring Dahulu Sebelum Sharing, Cerdaslah, Jangan Jadi Pecundang di Media Sosial