Advertorial
Intisari-Online.com – Peristiwa penembakan di dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru pada hari Jumat (15/3/2019) silam masih meninggalkan luka yang dalam.
Diketahui, terjadi aksi penembakan massal di luar dan dalam masjid Al Noor dan masjid Linwood.
Akibat jamaah masjid dan beberapa warga sekitar menjadi korban.
Total ada 49 korban jiwa dan puluhan lainnya dilaporkan terluka.
Baca Juga : Hari Ini MRT Jakarta Diresmikan: Ini Sejarah Panjang MRT di Indonesia
Kini, setelah hampir 10 hari lewat, polisi Selandia Baru telah menetapkan Brenton Tarrant sebagai tersangka dalam aksi penembakan ini.
Usai kejadian tersebut, banyak kisah mulai terungkap.
Sampai kisah terbaru yang datang dari pemandi jenazah.
Dikutip dari Channel News Asia pada Minggu (24/3/2019), terungkap sosok Mo yang menjadi sang pemandi jenazah korban penembakan.
Mo menjadi salah satu anggota tim relawan yang bersedia datang dari Brisbane, Australia ke Selandia Baru demi memandikan jenazah.
Dalam kisahnya, Mo menceritakan bahwa ada 10 relawan dan 3 dokter yang membantu keluarga korban.
Proses pembasuhan jenazah korban tersebut dibagi menjadi dua.
Baca Juga : Ada Masalah pada Mesin, 1.300 Penumpang Salah Satu Kapal Pesiar Mewah Dievakuasi di Tengah Ombak Tinggi
Sebanyak 47 jenazah laki-laki dimandikan dan disiapkan oleh tim pria sementara 3 jenazah perempuan dimandikan oleh tim wanita.
Tugas pertama adalah membersihkan luka tembakan yang dilakukan oleh petugas medis lokal.
Kemudian bagian tubuh yang dibersihkan saat wudhu yakni muka, kaki, dan tangan dibasuh dengan kain basah.
Tujuannya adalah agar mereka yang meninggal dapat memperoleh kemurnian untuk menuju ke surga.
Tubuh kemudian dibasuh sebanyak tiga kali.
Pertama dengan air kemudian dengan air yang dicampur ekstrak dari sebuah pohon yang dianggap sakral dan air kamper.
Terakhir, jenazah akan diberi parfum dan dibalut kain kafan.
Mo dan pararelawanhampir tidak tidur selama 3 malam lamanya. Sebab mereka membasuh para jenazah sejak pukul 8 pagi hingga 2 dini hari.
Dalam proses itu, ia mengakui pararelawanmenangis dan saling berpelukan satu sama lain.
Bagi mereka, ini adalah tugas yang telah mereka lakukan untuk para martir yang telah tiada itu. (Irene Cynthia Hadi)
(Artikel ini sudah tayang di grid.id dengan judul “Kisah Haru Mo, Relawan yang Menangis Usai Mandikan 47 Jenazah Korban Penembakan Masjid di Selandia Baru Selama 3 Hari Tanpa Tidur”)
Baca Juga : Biaya Sekolah Putri Nia Ramadhani Capai Rp200 Juta per Tahun: Ini 5 Sekolah Paling Mahal di Dunia