Advertorial

Mengapa Waktu Bergerak Lebih Cepat Seiring Kita Menua? Ini Jawabnya!

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Ketika manusia tumbuh menjadi semakin tua dan lebih bijaksana, rasanya waktu berjalan cepat. Kini Anda dapat tahu alasan di baliknya.
Ketika manusia tumbuh menjadi semakin tua dan lebih bijaksana, rasanya waktu berjalan cepat. Kini Anda dapat tahu alasan di baliknya.

Intisari-Online.com - Ketika manusia tumbuh menjadi semakin tua dan lebih bijaksana, rasanya waktu berjalan cepat.

Adrian Bejan, seorang insinyur mesin dari Duke University pun telah mengungkap penyebabnya.

Lebih jauh, tidak hanya dialami beberapa orang saja, perasaan waktu berjalan lebih cepat sepertinya menjadi fenomena global tak terhindarkan.

Berdasarkan hukum fisik kehidupan dan evolusi, Bejan berpendapat bahwa ketika mata kita lelah dan otak kita tumbuh lebih lambat, maka kita merasa kehilangan waktu.

Baca Juga : Tambahkan Kebaikan Oats di Menu Favoritmu dan Menangkan Hadiah Jalan-jalan ke Bangkok!

"Orang-orang sering kagum pada banyaknya memori masa muda yang mereka ingat dan berlangsung selamanya," katanya.

Namun bukan berarti pengalaman masa muda itu lebih dalam atau bermakna dari yang terjadi di masa lanjut.

Betapa banyaknya memori dan waktu masa muda yang dapat diingat adalah karena kejadian tersebut diproses lebih cepat.

Siapa pun yang pernah mengamati air mendidih tahu secara intuitif bahwa "kesadaran waktu" mereka hanyalah persepsi.

Jauh dari pengukuran nyata, itu lebih seperti konstruksi mental, yang terus berubah seiring waktu.

Jadi, pada dasarnya bahwa detik, menit, dan jam yang kita simpan di kepala kita berbeda sama sekali dengan jam pada tangan, handphone, atau dinding Anda.

Baca Juga : Selalu Gunakan Jimat Demi Kebertuntungan, Pria Ini Tewas Tepat saat Dia Memilih Tak Menggunakannya

"Waktu yang Anda rasakan tidak sama dengan waktu yang dirasakan oleh orang lain," tulis Bejan.

"Kenapa? Karena pikiran muda menerima lebih banyak gambaran selama satu hari daripada pikiran yang sama di usia tua."

Hipotesis Bejan didasarkan pada bagaimana otak menginterpretasikan informasi dari mata kita.

Jalur yang memproses informasi visual mulai mengecil, tetapi ketika neuron kita matang dan tumbuh, mereka membuat jalur yang lebih lama di otak kita.

Ketika neuron-neuron ini mulai menua, jalur itu menjadi lebih panjang saat pesan listrik bertemu semakin banyak perlawanan di sepanjang jalan.

Sederhananya, otak yang lebih tua membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses masa kini.

Lihat saja bayi di mana saja, mereka pasti lebih cekatan dalam melihat dan mengamati apa saja dibanding Anda yang sudah menua.

Jika rentang hidup diukur dalam hal jumlah gambar yang dirasakan selama hidup, maka frekuensi citra mental pada usia muda lebih besar daripada di usia tua.

Baca Juga : Viral Rumah di Solo Lebarnya Hanya 1 Meter, Bagian Dalamnya Tak Terduga

Jadi apa hubungannya ini dengan lamanya waktu yang dirasakan?

Nah, ketika seseorang terfokus pada masa kini, katakanlah ketika mereka sedang mengamati dan menunggu panci mendidih, maka mereka akan merasa waktu telah melambat.

Ini karena mereka lebih fokus dan sering memeriksa waktu sekarang.

Mereka menyesuaikan persepsi mereka sendiri tentang waktu untuk mencocokkan pengukuran yang lebih objektif.

Dalam ruang waktu tertentu, orang yang lebih tua melihat lebih sedikit gambaran baru, dan ini membuatnya seolah-olah waktu berlalu lebih cepat daripada orang muda.

"Masa kini berbeda dari masa lalu karena pandangan mental telah berubah, bukan karena jam seseorang berdering," jelas Bejan.

"Hari sepertinya lebih lama di masa mudamu karena pikiran muda menerima lebih banyak gambaran selama satu hari daripada pikiran yang sama di usia tua."

Baca Juga : Mendiami Pulau Tak Berpenghuni, Pria Ini Ditemani 3 Istrinya di Keindahan Alam

Artikel Terkait