Advertorial

Brenton Tarrant Mengaku Berhak Mendapatkan Penghargaan Nobel Perdamaian Karena Penembakan yang Dilakukannya

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Sebelum melakukan aksinya, teroris penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Brenton Tarrant sempat menuliskan sebuah manifesto.
Sebelum melakukan aksinya, teroris penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Brenton Tarrant sempat menuliskan sebuah manifesto.

Intisari-online.com - Sebuah tragedi memilukan terjadi di Chrischurch, Selandia Baru, di mana seorang pria bernama Brenton Tarrant melakukan penembakan.

Dalam tragedi tersebut setidaknya ada50 orang yang meninggal, dan sisanya luka-luka.

Sebelum melakukan aksinya, teroris penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru, Brenton Tarrant sempat menuliskan sebuah manifesto.

Dalam manifesto berjudul The Great Replacement itu, Tarrant menuliskan motif mengapa dia memutuskan menyerang Masjid Al Noor dan Linwood.

Baca Juga : Daoud Nabi, Pria yang Selamat Dari Perang 40 Tahun Lalu, Berakhir Meninggal Saat Penembakan di Selandia Baru

Dalam beberapa poin yang dipublikasikan Sky News Sabtu (16/3/2019), Tarrant menuliskan bahwa dia tidak berafiliasi dengan kelompok atau pemerintahan tertentu.

Teroris yang berasal dari Grafton, Australia itu juga mengutarakan dia siap mati dalam serangan, dengan mengatakan dia telah merencanakan penembakan itu selama tiga bulan terakhir.

Dia memutuskan untuk melakukan serangan itu setelah meyakini adanya genosida putih dan sejumlah serangan teror di Eropa yang membuatnya menjadi radikal.

Dalam bagian setebal 17 halaman, Tarrant mewawancarai dirinya sendiri dengan mengungkapkan keyakinannya bahwa dia seorang rasis.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Bahkan, dia menyamakan dirinya dengan pejuang apartheid sekaligus mendiang Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, dan mengklaim berhak dapat Nobel Perdamaian.

Dia menyatakan merupakan pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai simbol identitas kulit putih yang baru, namun menolak kebijakannya.

Seorang pejabat Turki kepada Sky News menuturkan, Tarrant diyakini pernah menghabiskan waktu di negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan itu.

Berdasarkan informasi yang mereka gali, Tarrant diduga beberapa kali pergi ke Turki dan menghabiskan waktu yang cukup lama di sana.

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

"Saat ini kami tengah menyelidiki pergerakan teroris itu dan kontak yang dibuatnya dengan orang lain selama berada di negara ini," ucap pejabat Turki tersebut.

Sebelumnya dengan mengenakan pakaian militer, Tarrant membawa senapan serbu serta shotgun, dan menyerang jemaah Masjid Al Noor dan Linwood.

Dilaporkan 49 orang tewas, dengan 41 di antaranya ditemukan di Masjid Al Noor, ketika jemaah tengah melaksanakan Shalat Jumat.

Dalam manifestonya, Tarrant yang merupakan warga Australia menyatakan aksi itu dia lakukan sebagai wujud membela kulit putih dari "penjajah".

Baca Juga : Turut Berkabung Atas Serangan Teror di Christchurch, Geng Jalanan Terkenal di Selandia Baru Bertemu Keluarga Korban

Pria 28 tahun itu yang diadili dengan dakwaan melancarkan aksi teror tersebut mengaku sudah merencanakan menyerang Christchurch sejak tiga bulan lalu. (Ardi Priyatno Utomo/Kompas)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Teroris Penembak Masjid Selandia Baru Mengklaim Berhak Dapat Nobel Perdamaian"

Artikel Terkait