Advertorial

Manifesto, Supremasi Kulit Putih, dan Manusia di Belakang Teror Penembakan Masjid Selandia Baru

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M
Mentari DP

Tim Redaksi

Sebelum terjadinya tragedi yang dikenang sebagai 'jumat mematikan' di Selandia Baru itu, sebuah manifesto diterbitkan.
Sebelum terjadinya tragedi yang dikenang sebagai 'jumat mematikan' di Selandia Baru itu, sebuah manifesto diterbitkan.

Intisari-online.com - Seorang pria bersenjata dianggap bertanggung jawab atas serangan pada Jumat (15/3) di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.

Pria yang disinyalir adalah Breton Tarrant adalah seorang warga Australia (28) setidaknya telah membunuh 49 orang, menurut New York Times.

Sebelum terjadinya tragedi yang dikenang sebagai 'jumat mematikan' di Selandia Baru itu, sebuah manifesto diterbitkan.

Dikutip dari TRT World,diketahui dia adalah seorang nasionalis kulit putih Australia berusia 28 tahun pembenci dan menolak imigran, yang berangkat dari serangan di Eropa yang dilakukan oleh umat Islam.

Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!

Tulisan dalam manifesto tersebut adalah gagasan nasionalis kulit putih setebal 74 halaman. Ini adalah dokumen penghasut untuk memicu kekerasan massal.

Sampai saat ini dokumen ini bersifat sangat rahasia.

Namun dokumen dipahami sebagai ide-ide gagasan yang dijelaskan oleh si penembak dalam kasus terakhir kekerasan atas nama supremasi kulit putih di Amerika dan seluruh dunia.

Sementara itu, manifesto dan video tersebut secara terang-terangan adalah penghujatan dan mengandung petunjuk publik yang menargetkan umat muslim dalam serangan (15/3/2019).

Sebuah kutipan dalam manifesto tersebut menyebutkan, "Saya adalah orang kulit putih biasa, dari keluarga biasa."

"Yang memutuskan mengambil sikap untuk memastikan masa depan bagi rakyat saya," seperti dikutip dari Daily Mirror pada Sabtu (16/3/2019).

Baca Juga : Cara Mengobati Biduran Secara Alami Tanpa Obat Kimia tapi Tetap Manjur

Kutipan lain berbunyi "Asal mula saya adalah Eropa, budaya saya adalah Eropa, keyakinan dan politik saya adalah Eropa, keyakinan filosofis saya adalah Eropa, identitas saya adalah Eropa, yang paling penting darah saya adalah Eropa," seperti dikutip dari The Guardian (15/3).

Penembakan ini, secara gamblang mengklaim untuk mewakili jutaan orang Eropa dan etnis-nasionalis lainnya.

Dia menambahkan dalam manifesto itu, "Kita harus memastikan keberaaan rakyat kita, dan masa depan untuk anak-anak kulit putih," sebuah frasa yang digunakan untuk supremasi kulit putih.

Selandia Baru dalam aksi teror

Tak ada yang mengetahui mengapa Selandia adalah yang terpilih dalam serangan mematikan tersebut. Sebuah negara yang tenang dan terisolasi dari penembakan masal.

Namun, pria bersenjata itu menyoroti keterpencilan Selandia Baru sebagai gagasan yang menunjukkan bahwa, tidak ada tempat di bumi ini yang aman, Seperti dikutip dari TRT World Sabtu (16/3/2019).

Dia telah merencanakan serangan itu dengan sangat rapi, 3 bulan lalu dan menargetkan Christchurc. Meski dia mengaku bukan anggota kelompok teror manapun.

Dia mengklaim telah menghubungi kelompok anti-imigran yang disebut dengan kesatria Templar yang dilahirkan atas nama serangan itu.

Baca Juga : Terobsesi Tokoh Sejarah, Ini Isi Lengkap Simbol dan Makna Teks pada Senjata Teroris di Selandia Baru

Contoh sempurna adalah Anders Behring Breivik.

Anders Behring Breivik adalah seorang teroris dan pelaku tunggal dari Serangan Norwegia 2011 pada tanggal 22 Juli 2011 yang menewaskan 77 orang.

Pengacara Breivik, Oeystein Storrvik, mengatakan kepadasurat kabarVGNorwegiabahwa kliennya, yang berada di penjara, memiliki "kontak yang sangat terbatas dengan dunia sekitarnya.

Sehingga tampaknya sangat tidak mungkin bahwa dia telah melakukan kontak "dengan pria bersenjata Selandia Baru itu.

Pria bersenjata itu memiliki daftar harapan yang panjang untuk apa yang dia harapkan dari serangan itu.

Dia berharap itu akan mengurangi imigrasi dengan mengintimidasi imigran.

Dia berharap untuk mendorong irisan antara NATO dan orang-orang Turki.

Dia berharap untuk lebih mempolarisasi dan menggoyahkan Barat.

Dan dia berharap untuk menciptakan lebih banyak konflik atas undang-undang senjata di AS.

Sehingga mengarah ke perang saudara yang pada akhirnya akan menghasilkan pemisahan ras.

Baca Juga : Jika Tidak Mengalami 4 Hal Ini Saat Tidur, Berarti Ginjal Anda Sehat

Artikel Terkait