Advertorial
Intisari-Online.com - Sparta, negara-kota di Yunani ini terkenal sebagai kota para prajurit.Seluruh masyarakatnya berorientasi pada perang.
Formasi perang Phalanx Sparta tidak dapat ditembus lawan karena profesionalisme dan disiplinnya.
Baik sejarawan kontemporer dan kuno pun telah mengagumi bagaimana Sparta didik dengan sangat baik.
Asal dari sistem pendidikan Spartan
Awalnya Sparta tidak jauh berbeda dengan negara kota Yunani lainnya.
Sparta seperti yang akan dikenal selama Zaman Klasik berawal pada abad ke-9 SM.
Sparta tidak memiliki filsuf dan seniman seperti negara-kota Yunani lainnya, meski begitu memiliki tradisi puisi yang kuat.
Mulai sekitar 700 SM, Sparta mulai mengalami transformasi.
Sekitar waktu itu, Sparta menaklukkan wilayah Messenia dan memasukkan orang-orang Messenian sebagai budak/ helot bagi populasi Sparta.
Para helot yang bernasib sama ini juga membangun jaringan solidaritas di antara mereka.
Hal ini menyebabkan para helot ersatu dalam pemberontakan beberapa kali melawan penaklukan Sparta
Karena itu, seiring waktu, masyarakat Sparta mulai fokus pada kesiapan militer untuk mencegah pemberontakan budak lebih lanjut.
Baca Juga : Kisah Bob Sadino, Menghormati Orang Lain Tanpa Melihat Siapa Dia
Sejumlah besar budak yang melakukan pekerjaan kasar juga diperbolehkan untuk membentuk pasukan sendiri.
Ini diperkuat dengan pembentukan sistem pendidikan Sparta yang dikenal sebagai agoge.
Pendidikan anak laki-laki dan pria dewasa
Agoge memiliki program pelatihan ketat yang akan mempersiapkan anak laki-laki untuk menjadi prajurit.
Sistem pendidikan ini dirancang untuk menciptakan prajurit-prajurit yang tangguh dan setia kepada negara Sparta.
Anak laki-laki dibesarkan oleh ibu mereka sampai usia 7.
Pada usia ini, mereka akan dibawa dan ditempatkan di agoge, atau sekolah.
Anak laki-laki Sparta diajarkan membaca, menulis, menyanyi, menari, moralitas, dan sejarah, tetapi mereka juga akan diajarkan ketahanan fisik.
Mereka akan dibiarkan kelaparan, namun tidak sampai titik terendah agar dapat berlatih dalam perut kosong.
Jika anak laki-laki menginginkan lebih banyak makanan, mereka disuruh mencuri tetapi dihukum berat jika tertangkap.
Hukuman itu dijatuhkan bukan karena mencuri tetapi karena tertangkap atau gagal meloloskan diri.
Baca Juga : Inilah Jenis Ular yang Mampu Menusuk Musuh Tanpa Membuka Mulut
Pada usia 20, setelah beberapa tahun pelatihan tambahan seusai agoge pada usia 16 tahun, mereka dianggap bagian dari prajurit Sparta.
Mereka akan tinggal di barak bersama rekan-rekan prajuritnya dan dapat dipanggil untuk berperang kapan saja oleh negara Sparta.
Masa pengabdian ini akan berlangsung hingga usia 30 tahun.
Pada usia 30 tahun, pria Spartan, setelah sepuluh tahun dinas militer, akan menjadi warga negara penuh dan diharapkan menikah.
Semua pria berusia antara 20 dan 60 dianggap tentara potensial jika Sparta pergi berperang.
Warisan
Sistem pendidikan Spartan unik karena sepenuhnya berfokus pada mempersiapkan kota untuk perang.
Sistem pendidikan Spartan sangat sempit dibandingkan dengan sistem pendidikan negara-kota lain.
Tetapi keunikan dan fokusnya berhasil, setidaknya untuk sementara waktu, dalam menciptakan kota prajurit yang keras yang dapat menghadapi hampir semua lawan.
Termasuk Kekaisaran Persia Achaemenid yang perkasa pada 480 SM.
Baca Juga : 4 Penyebab Kematian Akibat Rasa Marah, Salah Satunya Mati Sebelum Waktunya