Advertorial
Intisari-Online.com - Duk Duk adalah perkumpulan rahasia masyarakat Tolai di Papua Nugini.
Sekte rahasia kuno ini telah memainkan peran sosial yang penting selama berabad-abad dan terus berjalan hingga sekarang dengan fungsi yang berbeda.
Anggota Duk Duk memainkan peran sebagai hakim, juri, dan algo dan diyakini kerasukan oleh roh saat melakukan tugas-tugas ini.
Selama masa kolonial, upaya-upaya telah dilakukan untuk "membasmi" Duk Duk.
Baca Juga : Begadang Sambil Main Ponsel pada Tengah Malam, Pria 19 Tahun Ini Berakhir dengan Penyakit Mengerikan
Nama 'Duk Duk' diyakini berasal baik dari kata Tolai 'dekdek', yang berarti 'kuat', atau 'douk', yang berarti 'kejam'.
Sekte rahasia ini adalah bagian dari struktur sosial orang Tolai.
Salah satu fitur yang paling menonjol dari Duk Duk adalah dua jenis kostum ritual yang dikenakan para anggotanya.
Baca Juga : Faktanya, Sebagian Besar Anak Indonesia Tidak Disunat di Usia Terbaik Menurut Medis
Yakni berupa kepala kerucut dan tubuh berdaun.
Perbedaan antara dua kostum terletak pada fitur wajah pada kerucut.
Salah satunya tanpa wajah dan disebut sebagai Duk Duk, sementara yang lain memiliki mata besar dan mulut berbentuk bulan sabit yang tipis, disebut tubuan.
Keadilan yang Diberikan
Untuk mengatur keadilan, anggota Duk Duk akan mulai dengan menari-nari menggunakan kostum itu.
Mereka percaya bahwa dengan melakukan itu, mereka akan dirasuki oleh roh leluhur mereka.
Sementara itu, kepala suku akan melakukan diskusi, termasuk kebutuhan untuk menghukum mereka yang melanggar hukum.
Baca Juga : Kisah Andrey Dolgov, Kapal Perampok Ikan Buruan Banyak Negara yang Bertekuk Lutut di Tangan Menteri Susi
Setelah tarian, dukun akan mengkonfirmasi bahwa para penari telah kesurupan.
Sekte rahasia ini kemudian akan melakukan perjalanan melintasi pulau untuk mengeksekusi hukuman yang dinyatakan oleh para kepala suku.
Selama masa kolonial, Duk Duk dipandang sebagai ancaman bagi otoritas Eropa.
Langkah-langkah dan usaha untuk memberantas mereka pun dilakukan.
Misi Kristen sangat berhasil dalam hal ini, karena mereka mengubah Tolai menjadi Kristen, sehingga menyingkirkan praktik ini dari budaya mereka.
Terlepas dari itu, Duk Duk masih bertahan sampai hari ini.
Namun tidak dengan fungsi yang sama, sekarang tarian Duk Duk dilakukan untuk wisatawan yang mengunjungi Papua Nugini tanpa makna ritual apa pun.