Advertorial
Intisari-Online.com -Tim pencarian dan penyelamatan masih berupaya menemukan lebih dari 300 orang yang hilang akibat runtuhnya bendungan limbah milik perusahaan tambang di Brasil.
Bendungan yang menampung sekitar 3 miliar galon limbah tambang bijih besi itu hancur pada Jumat (25/1/2019) dan menewaskan sekitar 60 orang.
Melansir AFP, Senin (28/1/2019), limbah berlumpur dari bendungan milik perusahaan pertambangan Vale di dekat kota Brumadinho mencemari sungai Paraopeba yang menjadi sumber penghidupan bagi suku asli.
Baca Juga : Sangat Kotor! 10 Foto Ini Tunjukkan Bahwa Sampah Sudah Mencemari Perairan Dunia
"Kami memperhatikan sungai menjadi kotor dan kemudian kami juga melihat ikan mati," kata pemimpin asli suku asli Nao Xoha, Hayo Pataxo Ha-ha-hae.
Dia mengaku telah bertemu perwakilan dari lembaga perlindungan adat pemerintah, Funai, untuk membahas polusi.
Komunitas Nao Xoha terdiri dari 27 keluarga yang tinggal di Paraopeba di sebuah desa nelayan Sao Joaquim de Bicas, sekitar 20 km dari Brumadinho.
Baca Juga : Wartawan Ini Dipenjara 7 Tahun Karena Beritakan Pencemaran Teluk di Vietnam
"Mereka memberi tahu kami pada Minggu bahwa hanya memiliki cadangan air sedikit," kata Direktur Regional Funai, Jorge Luiz de Paula.
Funai kemudian mengirimkan donasi kepada keluarga-keluarga suku Nao Xoha pada Senin.
Ahli geografi dan juru bicara Greenpeace, Marcelo Laterman, menyebut polusi tersebut mengkhawatirkan.
"Kami melihat lumpur beracun ini menyebar dan tampaknya akan meluas hingga 220 km ke bendungan lain, di mana residu penambangan ini dapat dihentikan," ucapnya.
NPR mengabarkan, kini muncul kekhawatiran bendungan kedua kemungkinan runtuh sehingga memaksa upaya evakuasi.
Sementara itu, otoritas Brasil memerintahkan agar 3 miliar dollar AS atau Rp 42,2 triliun aset Vale dibekukan, yang bertujuan untuk memakainya membayar kompensasi dan denda.
Vale mengklaim sebagai raksasa penghasil bijih besi dan nikel terbesar di dunia.
Namun banyak warga yang menyalahkan perusahaan tersebut pada insiden ambruknya bendungan, mengingat peristiwa yang sama pernah menewaskan 19 orang pada 2015.
(Veronika Yasinta)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Limbah Lumpur Akibat Runtuhnya Bendungan Cemari Sungai Suku Asli".
Baca Juga : Kreatif! Kritik Pencemaran Air, Mahasiswa Ini Bikin Es Krim dari Tempat yang Tercemar. Berani Coba?