Advertorial

Sudah Yatim Piatu, Putra yang Masih Kelas 3 SD Berjualan Cilok hingga Larut Malam Demi Hidupi 2 Adiknya

Intisari Online
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Bocah lelaki berusia 12 tahun itu harus berjualan cilok demi menghidupi kedua adiknya yang masih kecil.
Bocah lelaki berusia 12 tahun itu harus berjualan cilok demi menghidupi kedua adiknya yang masih kecil.

Intisari-Online.com -Senyuman selalu terlihat di wajahMuhammad Saputrasambil menjualcilokdiatas sepedanya.

Kehidupan yang dijalaniMuhammad Saputratidak seperti anak-anak diusia sebayanya yang menghabiskan waktu untuk bermain.

Bocah lelaki berusia 12 tahun itu harus berjualancilokdemi menghidupi kedua adiknya yang masih kecil.

Muhammad Putra dan kedua adiknya yakni Renaldi Setiawan (7) dan Arsyad Nurardiansyah yang masih berusia 10 bulan ini merupakanyatim piatu.

Baca Juga : Lebih Sehat dan Bermakna Bagi Hubungan Anda, Ini 4 Ide untuk Rayakan Valentine Bersama Pasangan

Sang ayah meninggal dunia sekitar satu tahun lalu karena menderita sakit paru-paru.

Sementara itu, ibunya yakni Siti Nurhayati meninggal dunia ketika melahirkan si bungsu Arsyad.

Bocah yang kini duduk dibangku kelas III Sekolah Dasar (SD) itu berjualancilokagar tetap bisa bersekolah dan memberi makan kedua adiknya.

Ia tinggal di Jalan H Sarmili RT 02/02, Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Baca Juga : Canggih, Ilmuwan Israel-Jerman Ini Akan Singkap 'Kehidupan Rahasia' Awan

Dirumah sederhana yang berada di kawasan pengepul rongsokan, Saputra tinggal bersama satu kakak perempuan Siti Julaiha (17) dan dua adiknya.

siswa kelas III SD 01 Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan itu sebelumnya sempat mengamen hingga akhirnya berjualancilok.

Saputra baru berjualanciloksekitar dua bulan terakhir berkeliling menggunakan sepedanya.

Sudah dua bulan Putra merelakan waktu bermainnya untuk berjualan cilok tusuk menggunakan sepeda selepas pulang sekolah.

Baca Juga : Di Tengah Musim Dingin, Seorang Ayah Justru Bersihkan Salju di Mobil dengan Tubuh Anaknya

Bahkan, ia harus berjualan hingga larut malam demi mencari uang untuk kehidupan sehari-hari.

"Jualancilokgoreng buat beli susu adek," ujar Putra.

Sementara Putra berkeliling berjualancilokmencari rupiah, sang kakak, Siti Julaiha (17) mengurus si bungsu di rumah.

Julaiha sudah menikah, dan suaminya bekerja sebagai sopir angkot.

Baca Juga : Jangan Banyak-banyak Makan Daging, Atau Kesehatan Hati Anda Bisa Terganggu

"Habis sekolah dagang cilok, pulangnya bisa jam 12 atau jam 9 malam. Sampai Bintaro Xchange atau Bintaro Plaza," jelas Putra dikutip TribunnewsBogor.com dari Warta Kota.

Putra menambahkan,cilok-cilok itu ia jual seharga Rp 2.000 per tusuk.

Jika dagangannya itu dibawa ke sekolah, teman-temannya pun sering ikut membeliciloknya.

"Kadang bawa 100-200, kalau jual di sekolah lumayan laku," tambahnya.

Sepeda tua yang catnya sudah tak terlihat warnanya lagi itu dimodifikasi sedemikian rupa, agar di bagaian boncengannya bisa terpasang keranjang untuk membawacilok.

"Sampai jam 12 malam, kadang kalau jam sembilan sudah habis ya pulang," ujar Putra saat ditemui di kediamannya dikutip dari Tribun Jakarta.

Sehari ia membawa 250 tusukcilok. Putra menjualciloknya seharga Rp 2 ribu per tusuk. Namun laiknya orang dagang, tidak jarangciloknya tidak laku.

"Biasanya kalau enggak habis, dikasih ke tetangga," ujarnya.

Sang Kakak, Julaiha mengatakan, modal awal berjualancilokitu sekira Rp 200 ribu.

Putra yang sekolah pada siang hari, akan diantarkanciloknya oleh Julaiha pada pukul 14.30 WIB saat jam istirahat.

"Modalnya sekitar Rp 200 ribu," ujar Julaiha yang sedang menggendong Arsyad di rumahnya.

Pulang sekolah, pukul 17.00 WIB, bocah mandiri itu akan berkeliling sekitar Bintaro menjajakanciloktusuknya menggunakan sepeda.

Baca Juga : Jangan Banyak-banyak Makan Daging, Atau Kesehatan Hati Anda Bisa Terganggu

Satu di antara gurunya di SDN 01 Jurang Mangu Timur, Diah Indah Puspitasari menjelaskan Putra merupakan sosok yang supel dan gampang bergaul dengan teman lainnya.

"Dasarnya anaknya baik, mudah bergaul, anaknya juga nurut," ujarnya saat ditemui di kantornya, Rabu (13/2/2019).

Meski begitu, Diah yang pernah mengajar Putra mengaku bocah 12 tahun itu memiliki kesulitan dalam membaca.

Jika berkaca pada umurnya, Putra seharusnya sudah berada di kelas 6 atau 1 SMP.

"Dia sempat tidak sekolah lama, terus lanjut sekolah lagi jadi masih kelas 3 SD sekarang," ujarnya.

"Dia bacaannya itu agak susah, tapi di sini dibantu kalau ada waktu kosong dibantu dilancarin," lanjut Diah.

Baca Juga : Diet Vegan dengan 5 Sumber Protein Berikut, Mau Coba?

Dari informasi yang dikumpulkan, Putra sempat mengikuti orangtuanya ke Indramayu selama beberapa tahun sehingga meninggalkan sekolahnya.

Di sisi lain, menurut Diah, Putra memiliki kemampuan hitung menghitung yang baik berbeda dengan pelajaran lainnya yang mengharuskan untum membaca.

"Matematikanya bagus, mungkin karena dia sudah dagang dari kecil ya," jelasnya. (Damanhuri)Artikel ini telah tayang ditribunnewsbogor.comdengan judul "Pulang Larut Malam, Kisah Yatim Piatu yang Jualan Cilok Usai Pulang Sekolah Untuk Hidupi 2 Adiknya"

Artikel Terkait