Advertorial
Intisari-Online.com – Masih ingat Ronaldikin?
Diketahui Ronaldikin mulai dikenal publik pada perhelatan Piala Dunia 2010.
Dia mendadak tenar karena memiliki wajah mirip pesepakbola legenda Brasil, Ronaldinho, yang saat itu sedang bersinar bersama timnas Brasil.
Setelah itu, Ronaldikin kerap diundang di sejumlah acara televisi. Bahkan, Ronaldikin juga dapat tawaran menjadi bintang iklan.
Baca Juga : Buka Rute Indonesia, Maskapai Pramugari Berbikini asal Vietnam: Kami Tak Akan Pakai Bikini di Indonesia
Dilansir dari kompas.com pada Selasa (22/1/2019) sore, Ronaldikin mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Al Ihsan Baleendah, Kabupaten Bandung, sekitar pukul 15.30 WIB.
Ronaldikin meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit infeksi paru-paru.
Tahukah Anda bahwa infeksi paru-paru merupakan penyebab kematian ketiga terbesar?
Ya, infeksi paru-paru berada di urutan ketika penyebab kematian terbesar setelah kardiovaskular dan tuberkulosis.
Mirip influenza
Kalangan dokter lazim menyederhanakan pneumonia sebagai infeksi saluran paru-paru. Bakteri penyebabnya bisa beragam, tapi yang paling ditemui di Indonesia adalahStreptococus pneumoniate.
Sayangnya, untuk mengenali gejalanya gampang-gampang susah. Dibilang mudah lantaran efeknya di badan mudah dirasakan.
Seperti demam, sesak napas (bisa sampai 20-30 kali per menit), serta batuk yang diiringi lendir berwarna hijau atau warna karat.
Baca Juga : Awas! Status Demam Berdarah di Jakarta Naik Jadi ‘Waspada’
Susahnya, kalau diperhatikan gejala-gejala tadi mirip sekali dengan ciri-ciri serangan influenza. Infeksi paru-paru memang sering dipicu oleh penyakit flu yang tidak sembuh-sembuh.
Makanya, banyak penderita yang tidak menyadari kalau flu yang dideritanya sebenarnya sudah masuk kategori infeksi paru-paru.
Khsusus pemeriksaan penyakit ini, harus ada pemeriksaan khusus, seperti rontgen paru-paru untuk memastikan kadar lendir di saluran pernapasan.
Salah satu ciri infeksi paru-paru adalah jumlah sel darah putih yang meningkat secara signifikan. Dari kondisi normal 4.000 hingga 10.000 sel menjadi jauh di atas 10.000 sel.
Gaya hidup dan polusi bisa jadi biang keroknya
Meski lansia lebih berisiko menderita infeksi paru-paru karena daya tahan tubuh yang menurun, tapi juga ada tidaknya penyakit bawaan dan gaya hidup bisa jadi pemicunya.
Teorinya, buat anak muda dan orang dewasa, infeksi paru-paru memang mudah dijinakan.
Sebab daya tahan tubuh mereka, kalau tidak sedang sakit, cukup kuat menahan agar kuman-kuman tidak merajalela.
Cukup dengan antibiotik seperti ampisilin, penisilin, atau amoksilin, bisa sembuh segera. Namun, sayangnya tak sesederhana itu persoalannya.
Usut punya usut, makin tinggi polusi udara, misalnya, sebagai faktor lain yang bisa menyulut aktivitas bakteri infeksi paru-paru.
Baca Juga : Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Jika Kita Rutin Minum Air Rebusan Daun Salam
Makanya, peluang terkena infeksi paru-paru tetap besar buat orang muda, karena daya tahan tubuh manusia bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Jika Anda mengidap penyakit kronis menahun seperti asma, diabetes, stroke, atau gangguan ginjal, usia muda tak bisa membentengi diri dari serangan bakteri hingga ke fase paling parah.
Di samping itu, gaya hidup juga ikut menempatkan seseorang dalam risiko tinggi infeksi paru-paru.
Misalnya, seorang perokok, pemakai obat-obatan, alkoholik, atau pengidap obesitas secara otomatis masuk kategori rentan terkena.
Bukannya tanpa alasan, kebiasan buruk di atas bisa membuat imunitas spesifiknya menjadi sangat berkurang.
Pengguna narkotik dengan suntikan perlu harap-harap cemas, dampaknya lebih parah lagi.
Masuknya obat-obatan yang sering tidak steril menyebabkan paru-paru rentan terhadap infeksi dan komplikasi saluran napas.
Konon, infeksi paru-paru pada golongan ini bisa terjadi 10 kali lebih banyak dan dengan risiko kematian jauh lebih tinggi. (Mentari DP/Intisari Online)
Baca Juga : Nasib Tragis Jamilah Mat Shaari: TKW yang Tewas karena Dirampok, Diperkosa, dan Dicekik Dengan Kaos Kaki