Advertorial
Intisari-Online.com – Tahun 2019 baru berjalan sebanyak tujuh hari.
Jadi, kita bisa belum bisa menentukan apa yang akan di hari-hari berikutnya.
Sementara di tahun 2018, ada banyak hal yang terjadi. Seperti kematian Stephen Hawking hingga bencana tsunami di Banten.
Salah satu hal yang juga terjadi di tahun 2018 adalah kecelakaan pesawat.
Baca Juga : Jasad 64 Korban Lion Air JT 610 Belum Ditemukan, Keluarga Rela Patungan Rp132 Juta untuk Mencarinya
Dilansir dari CNN pada Senin (7/1/2019), menurut laporan dari konsultan penerbangan Belanda To70 dan Aviation Safety Network (ASN) yang berbasis di Belanda, jumlah orang yang tewas dalam kecelakaan pesawat pada tahun 2018 dilaporkan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Selama tahun 2018, ASN mencatat ada total 15 kecelakaan pesawat yang fatal dan menyebabkan sekitar 556 kematian.
Angka tersebut meningkat dari tahun 2017 di mana ada 10 kecelakaan pesawat dengan 44 nyawa hilang.
Dari 15 kecelakaan tersebut, 12 kecelakaan melibatkan penerbangan komersial (yang membawa penumpang). Sementara tiga lainnya adalah pesawat kargo.
Lalu menurut ASN juga, tiga dari 15 pesawat yang mengalami kecelakaan adalah maskapai penerbangan yang masuk dalam ‘daftar hitam’ Uni Eropa.
Meskipun begitu, dunia penerbangan menyebut bahwa tahun 2018 masih menjadi salah satu tahun teraman untuk penerbangan komersial.
Kepala Eksekutif ASN, Harro Ranter mengatakan tingkat keselamatan penerbangan telah meningkat secara signifikan secara keseluruhan.
"Jika tingkat kecelakaan tetap sama dengan 10 tahun yang lalu, akan ada 39 kecelakaan fatal tahun lalu," katanya.
"Perlu Anda ketahui, pada tahun 2000, ada sekitar 64 kecelakaan pesawat yang fatal."
"Jadi merujuk dari hal tersebut, maka data tahun 2018 menunjukkan kemajuan besar dalam hal keamanan dalam dua dekade terakhir," tambah Ranter.
Dari 15 kecelakaan pesawat yang fatal di tahun 2018 tersebut, konsultan ASN paling menyoroti kecelakaan Lion Air di Indonesia pada Oktober 2018 silam.
Diketahui pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 tujuan Jakarta – Pangkal Pinang jatuh di Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018.
Tim SAR mengatakan pesawat jatuh sekitar 15 menit setelah terbang.
Akibatnya sekitar 189 penumpang dan awak kabin tewas dalam kejadian ini.
Menurut konsultan ASN, mereka menyoroti kecelakaan Lion Air karena pesawat yang jatuh tersebut menggunakan pesawat baru, yaitu pesawat Boeing 737 MAX.
Sebelum jatuh, para penyelidik di Indonesia menemukan fakta bahwa pilot Lion Air JT 610 berusaha untuk menstabilkan posisi pesawat yang selalu naik-turun dengan sistem otomatis pesawat pada menit-menit awal sebelum jatuh.
"Seperti tahun-tahun sebelumnya, Eropa dan Amerika Utara tetap menjadi bagian teraman di dunia untuk terbang. Kecelakaan di sini jarang terjadi," kata To70 dalam analisisnya.
"Tapi di luar itu, ada banyak kecelakaan pesawat. Ada yang melibatkan Airbus 320 hingga 737.”
"Namun, kecelakaan Lion Air mungkin memiliki penyebab teknis menjadi perhatian serius, mengingat bahwa MAX adalah pesawat masa depan untuk model 737.”
Boeing sendiri mengatakan turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kecelakan Lion JT 610.
Namun dalam rilis mereka pada bulan November 2018, mereka tetap akan mempertahankan 737 MAX 8 karena pesawat ini masih masuk kategori aman untuk diterbangkan.
Terakhir, ASN menyoroti "kehilangan kendali" sebagai masalah keamanan utama dan penyebab utama kecelakaan pesawat selama lima tahun terakhir.
Setidaknya ada 10 dari 25 kecelakaan pesawat karena masalah kehilangan kendali dan semuanya berakhir dengan menyedihkan.
Baca Juga : Ngeri, KNKT Pastikan Lion Air PK-LQP Sudah Tak Layak Terbang Sejak Penerbangan Denpasar-Jakarta