Advertorial
Intisari-Online.com - Akhir tahun 2015, dunia terasa kiamat bagi suami istri, Konang Prihandoko (46) dan Aisyah Rahmah (43).
Anak bungsunya, Fulki Baharuddin Prihandoko, yang saat itu masih berumur sembilan tahun, didiagnosa menderita penyakit diabetes melitus (DM) tipe-1.
Itu berarti, Uki, begitu Fulki biasa disapa, harus menjalani terapi seumur hidup sejak saat itu. Kala itu dia masih duduk di kelas IV.
Padahal Aisyah, suami, bahkan kedua kakak Uki, tak satu pun yang menderita diabetes.
Baca Juga : Jika Kaki Merasakan Beberapa Gangguan Berikut, Waspadai, Bisa Jadi Gejala Diabetes Tipe 2
Aisyah bercerita, sebelum didiagnosa, dia memang sudah curiga ada yang tidak beres dengan kondisi anak bontotnya.
"Jadi waktu Uki kelas empat itu saya perhatikan kok kurusan. Awalnya saya berpikir, oh aktivitasnya lagi banyak. Sudah ada ekskul, pulang sekolahnya sudah sore."
"Tapi, saya perhatiin juga, kalau malam kok ngompol," kata Aisyah saat menceritakan kisah Uki di depan wartawan, dalam media briefing 'Anak juga Bisa Diabetes' beberapa waktu lalu.
"Sudah begitu kalau minum banyak. Malam saja dia bisa minum sebotol satu liter gitu. Saya bilang, 'Ki, kalau malam jangan minum banyak-banyak. Nanti jadi ngompol'. Habis itu dia pipis," katanya.
Baca Juga : 6 Khasiat Nyata Air Rendaman Biji Ketumbar, dari Cegah Diabetes hingga Osteoporosis
Bukan itu saja, dulu Aisyah juga memerhatikan Uki seperti tak bersemangat pergi sekolah.
Namun dia masih berpikir positif. Mungkin karena anak bontot jadi manja.
"Lama-lama, mungkin feeling saya seorang ibu, kok kayaknya ada yang beda. Saya bawalah dia ke dokter anak langganan."
"Saya ceritakan, kok anak saya ngompol. Dikasihlah obat supaya enggak ngompol untuk satu minggu," dia mengisahkan.
Setelah obat pencegah ngompol habis, Uki kembali ngompol. Akhirnya, dia kembali membawa sang anak ke rumah sakit dan menemui dokter.
Kepada dokter, Aisyah menyampaikan kekhawatirannya. Dia sampaikan, kamar mandinya jadi banyak semut dan terasa lengket. Padahal dia dan suami tidak punya riwayat diabetes.
"Akhirnya saat itu dicek semua, sekalian gula darah. Ternyata pas kami mau pulang, ditelepon dokternya kalau hasil urinenya keluar dan gula darah Uki itu 750 (mg/dl)," ungkapnya.
Saat itu, Uki diopname selama satu minggu di rumah sakit. Mulai saat itu pula, Uki tertib menjalani terapi diabetes.
Kini, dia telah berumur 11 tahun dan duduk di bangku kelas VII Sekolah Al-Azhar Jakarta.
Sebagai penderita DM tipe-1, Uki tidak boleh alpa jalani terapi, termasuk suntik insulin. Uki pun sudah bisa mandiri menghadapi kondisinya.
Baca Juga : Hari Diabetes Sedunia: Gara-gara Lele, Luka Penderita Diabetes Cepat Sembuh!
Termasuk bisa menyuntik insulin sendiri, baik di rumah maupun di sekolah. Sesuatu yang membuat kedua orangtuanya bangga.
Setiap harinya, Uki menyuntik insulin 4-5 kali. Sebelum sarapan, sebelum makan siang di sekolah, sebelum snack pagi atau sore, sebelum makan malam, hingga sebelum tidur.
Dia juga rutin cek gula darah.
Karena sudah bisa mandiri, Aisyah bahkan membolehkan Uki makan agak bebas.
"Bukannya saya pasrah. Saya cuma ingin anak saya bisa bahagia meskipun diabetes. Tapi saya salut juga sama Uki."
"Dia sudah pinter, misalnya lagi mau makan agak banyak, dia bisa tambah dosis insulinnya sendiri," kata Aisyah.
Masih kata Aisyah, meski mengidap diabetes, prestasi Uki baik-baik saja. Dia juga aktif mengikuti kegiatan sekolah.
Bahkan, bulan November ini Uki terpilih menjadi salah satu wakil sekolahnya ke perhelatan jambore kepanduan internasional di Australia.
"Saya bersyukur Uki itu tabah dan mau nerima (keadaannya). Dia enggak malu di depan teman-temannya meski dia diabetes."
"Bahkan teman-temannya membantu dia," imbuh Konang Prihandoko, ayah Uki. (Editor: Anita K Wardhani)
Baca Juga : Benarkah Minum 4 Gelas Kopi Sehari Bisa Turunkan Risiko Diabetes?