Advertorial
Intisari-Online.com- Berkembangnya teknologi tank dengan pergerakan yang semakin cepat sekaligus memunculkan ide untuk melemahkannya.
Salah satu ide yang muncul yakni dengan menumbuhkan penghalang-penghalang dari bawah tanah.
Penghalang ini pertama kali digunakan selama Perang Dunia II, terutama di Eropa, dan disebut sebagai Gigi Naga.
Mereka adalah benteng piramida yang terbuat dari beton dan disusun dalam baris yang tidak teratur.
Baca Juga : Sebelum Investasi emas, Inilah 6 Hal yang Perlu Dicermati
Tujuannya adalah untuk memperlambat pergerakan tank atau menggiring tank ke zone di mana tank dapat dihancurkan.
Jerman memanfaatkan Gigi Naga secara luas dengan jarak ratusan kilometer serta pembangunan rintangan lainnya di Jalur Siegfried dan Tembok Atlantik.
Gigi Naga juga dikembangkan di negara-negara lain seperti misalnya Prancis dalam pembangunan Jalur Maginot.
Atau juga Inggris yang membuat Gigi Naga dalam persiapan menyambut invasi Jerman.
Pembangunan Gigi Naga biasanya mencapai 4 atau 5 baris dengan jarak di antaranya sekitar 2 meter.
Baca Juga : Jangan Dibuang! Biji Alpukat Bisa Digunkan untuk Kecantikan dan Kesehatan, Begini 7 Cara Menggunakannya
Untuk satu 'gigi' sendiri terkadang dibuat setinggi 90 hingga 120 cm, tergantung pada model yang tepat.
Guna lebih mempersulit musuh, di antara gigi-gigi itu juga terkadang dipasang ranjau darat.
Namun, dalam pertempuran, Gigi Naga terbukti jauh kurang efektif dan dengan mudah dapat dihancurkan dengan kendaraan khusus.
Baca Juga : Ikan Juga Bermanfaat untuk Meningkatkan Gairah Seks, Inilah Alasannya!
Namun, jika dikerahkan dalam jumlah yang tepat, (ribuan misalnya) mereka nampaknya dapat mengulur pasukan musuh untuk beberapa waktu.
Karena dibangun dalam jumlah besar, ribuan Gigi Naga bahkan masih bisa dilihat hari ini.
Baca Juga:Sering Dianggap Mitos, 'Naga' Ini Ditemukan di China dalam Bentuk Fosil