Advertorial

Dulu, Kandung Kemih Hewan pun Disepak untuk Sebuah Pertandingan yang Dimulai dari Titik Tengah Lapangan

Moh Habib Asyhad

Penulis

Pada 500 M, bagian dalam bola disumpal dengan bulu. Pada masa Yunani kuno pun ada permainan dengan elemen bola, namanya episkuros atau harpaston.
Pada 500 M, bagian dalam bola disumpal dengan bulu. Pada masa Yunani kuno pun ada permainan dengan elemen bola, namanya episkuros atau harpaston.

Intisari-Online.com – Siapa sih yang tidak mengenal sepakbola?

Olahraga yang di AS disebut soccer ini sejak abad ke-17 dimainkan oleh murid sekolah di Inggris. Aturan mainnya beragam.

Pada 1843, ada upaya menyusun aturan permainan standar, di Cambridge University.

Sayangnya peraturan baru belum diterima secara universal hingga 1863, saat terbentuk Football Association (FA) alias PSSI-nya Inggris.

Tahun 1904, ketika sepakbola menyebar ke penjuru benua Eropa, maka sejumlah negara (Belgia, Denmark, Prancis, Belanda, Spanyol, Swedia, dan Swis) membentuk badan dunia Federation Internationale de Football Association (FIFA).

(Baca juga:Wah, Bintang Film Biru Ini Bantu Klub Sepakbola Italia Vicenza Bayar Gaji Pemainnya)

FIFA mengatur kejuaraan World Cup (Piala Dunia) setiap empat tahun sekali, dan pertama kali di Montevideo, pada tahun 1930. Juaranya Uruguay. Pada 1991, Piala Dunia kelas wanita diresmikan.

Sementara di AS, sepakbola bertahan sebagai olahraga antar-universitas, di bawah pengawasan National Collegiate Athletic Association (NCAA) sejak 1905.

Sejak 1924, dibawahi Intercollegiate Soccer Association of America, yang belakangan berafiliasi dengan NCAA.

Di luar sekolah, sepakbola juga populer di Kota St. Louis, Philadelphia, Chicago, Cincinnati, dll, dimainkan oleh para imigran.

Setelah terbentuk US Soccer Federation pada 1913, muncul Liga Sepakbola AS pada 1923. Sejak Piala Dunia pertama, tim AS pun ikut berpartisipasi.

Meski dunia menganggap Inggris sebagai motherland-nya sepakbola, sesungguhnya bola sepak sudah dikenal di Cina, sejak 206 SM.

Pada 500 M, bagian dalam bola disumpal dengan bulu. Pada masa Yunani kuno pun ada permainan dengan elemen bola, namanya episkuros atau harpaston.

Abad kedua Masehi, permainan ini diboyong ke Roma sebagai harpastum. Permainan dimulai dengan melempar bola ke udara, kemudian kedua tim berebut menendangnya.

(Baca juga:Seorang Dokter Tewas Setelah Ditikam oleh Suami Pasiennya Sendiri, Diduga Inilah Penyebabnya)

Tentara Roma lalu memperkenalkannya ke penjuru Eropa dan Inggris, selama pendudukan Roma (43 - 410 M). Sementara bangsa Jepang mengenal sepakbola pada abad ke-7.

Di Florence, calcio ("sepakbola") sudah difestivalkan pada abad ke-14. Sementara di Eropa Tengah muncul permainan melees atau mellays yang melibatkan banyak pemain.

Bolanya kandung kemih hewan yang digelembungkan dan dibalut kulit. Aturan mainnya, boleh ditendang, ditinju, atau dipegang. Permainan dimulai dari titik tengah.

Begitu salah satu tim berhasil menggiring bola sampai masuk gawang lawan, permainan berakhir.

Adalah kalangan insinyur dan usahawan Inggris yang pertama kali membawa permainan ini ke luar negeri: ke Praha dan Graz, Austria, pada 1880-an, dan ke Wina, tempat dua klub dibentuk pada 1890-an. Tahun 1887, karyawan pabrik tekstil mengenalkannya ke Rusia.

Pertandingan sepakbola pertama di Turki terjadi pada 1895 antara kesebelasan warga Inggris melawan tim sekolah Yunani, yang belajar dari pelaut Inggris. Mereka juga memperkenalkan permainan itu ke Brasil pada akhir 1870-an.

Menjadi olahraga terpopuler dan merakyat ternyata membawa konsekuensi. Penonton yang selalu membeludak sering menimbulkan keberingasan (hooliganism).

(Baca juga:Kisah Para Penonton Bayaran dalam Acara ‘Alay’ yang Tidak Sudi Disebut ‘Alay’)

Pada 1950-an bukan cuma kekacauan, tapi sejak 1960-an menjurus pada kekerasan. Tragedi puncaknya terjadi pada 1985, di Stadion Heysel, Brussel, Belgia, yang mempertemukan tim Italia Juventus dan Liverpool dari Inggris.

Sebanyak 39 pendukung tim Italia tewas, 400 orang cedera, pada final Piala Champions Eropa. Menyusul bentrokan antara pendukung kedua tim. Akhirnya, klub Inggris itu dilarang ikut kompetisi Piala Eropa.

'"Penyakit" itu pun menular ke negara lain di Eropa. Inggris pun dicap sebagai negara cikal-bakal keberingasan, berandalan atau hooligan. Bahkan sudah menjangkiti penonton fanatik di Indonesia, yang belakangan kita kenal sebagai "bonek".

Mudah-mudahan bukan cuma kaum tifosi yang-bersemangat ole .. ole..., tapi juga prestasi persepakbolaan kita ikut gemilang. (Rye/The New Encyclopaedia Britannica)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 2002)

Artikel Terkait