Namun, tetap berada dalam Federasi Indochina dalam kesatuan dengan Perancis.
Tetapi jurang beda pendapat antara kedua pihak tetap besar dan hubungan kian memburuk.
Pada 19 Desember 1946 pecah gerakan perlawanan di Hanoi, yang menandai dimulainya Perang Indochina.
Perang ini berakhir dengan kekalahan Perancis tahun 1954 di Dien Bien Phu dan tercapainya perjanjian damai di Geneva.
Sekalipun demikian negeri Vietnam tetap terbelah dua. Utara dikuasai komunis dan selatan non-komunis (persis dengan kondisi di Korea).
Ho Chi Minh tetap mencita-citakan Vietnam yang satu. Ho punya pengaruh kuat.
Pasalnya, selain sebagai presiden dia juga pemimpin Partai Lao Dong (Buruh) yang berkuasa, serta mempunyai banyak pengikut yang amat loyal.
Karena itu tatkala ia mendukung gerakan bersenjata Viet Cong di Vietnam Selatan tahun 1960-an, maka dia memperoleh dukungan luas.
Sehingga cita-citanya untuk mempersatukan negeri pun kian terbuka.
Akibatnya, Vietnam Utara pun terlibat dalam perang yang tidak pernah diumumkan resmi (undeclared war) dengan Vietnam Selatan dan AS yang mendukung rezim Vietnam Selatan.
Tatkala perang masih berlangsung, Ho Chi Minh meninggal pada 3 September 1969 karena serangan jantung.
Dia yang dikenal dengan sebutan kesayangan “Paman Ho”, seumur hdupnya adalah orang yang sederhana, baik dalam penampilan maupun cara hidup sehari-hari.
Sepeninggalnya, maka perjuangan diteruskan oleh para pembantunya.
Sehingga tercapai kemenangan akhir pada tahun 1975 tatkala ibukota Vietnam Selatan, Saigon, jatuh ke tangan tentara Vietnam Utara.
(Baca juga: Di Perang Vietnam, AS Tak Hanya Kehilangan 60 Ribu Pasukan tapi Juga Harus Membuang Puluhan Helikopter ke Lautan)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR