Advertorial

Apakah Anda Alergi Obat? Ketahui Lewat Ciri-cirinya Berikut Ini!

Ade Sulaeman

Editor

Dalam dunia medis, alergi obat merupakan reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap obat-obatan tertentu, sehingga mengakibatkan gangguan sistemik.
Dalam dunia medis, alergi obat merupakan reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap obat-obatan tertentu, sehingga mengakibatkan gangguan sistemik.

Intisari-Online.com – Alergi adalah reaksi abnormal atau berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap suatu zat allergen (pemicu alergi), salah satunya obat.

Dalam dunia medis, alergi obat merupakan reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap obat-obatan tertentu, sehingga mengakibatkan gangguan sistemik.

Kondisi ini berbeda dengan efek samping obat atau overdosis.

“Alergi obat dapat dialami oleh siapa pun. Mulai dari, orangtua hingga anak-anak. Umumnya, alergi obat terjadi karena sistem kekebalan tubuh keliru dalam mengidentifikasi obat, yang kemudian menganggap obat sebagai sesuatu yang berbahaya. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh berusaha untuk melawannya,” jelas dr Anik Widajati, MKES, SpMK., Dokter imunologi dan mikrobiologi klinik di RS Siloam, Kebun Jeruk.

(Baca juga: Wanita Ini Usir Anak dan Menantunya yang Baru Menikah, Tapi Malah Disebut Mertua Idaman. Kok, Bisa?)

Reaksi terhadap alergi obat tidak muncul secara langsung ketika pertama kali mengonsumsi obat.

Melainkan secara bertahap atau beberapa hari setelahnya seiring sistem kekebalan tubuh membangun antibodi untuk mendeteksi dan melawan obat tersebut.

Pada proses itulah berbagai gejala alergi obat muncul.

Gejala tersebut dapat bervariasi pada setiap orang.

Mulai dari, gejala ringan, seperti ruam merah di kulit, gatal-gatal, pembengkakan, batuk, pusing, mual, demam, sesak napas, hingga paling fatal anaphylacticshock atau pingsan, yang dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.

Hal itulah yang membuat mengapa dokter selalu bertanya mengenai alergi obat kapada pasien sebelum meresepkan obat.

Sebetulnya, hampir semua jenis obat dapat memicu reaksi alergi. Akan tetapi, obat yang paling banyak memicu reaksi alergi, di antaranya obat antibiotik (penisilin dan sulfa), obat anastesi (lidokain), obat antinyeri golongan gin (antalgin dan metapyron).

Meski demikian, semua itu kembali lagi pada sistem kekebalan tubuh masing-masing individu.

(Baca juga:Saking Terisolasinya, Keluarga yang Tinggal di Wilayah Ini Tidak Tahu Jika Pernah Terjadi Perang Dunia II)

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan risiko alergi obat.

Pertama, genetik atau keturunan.

Kedua, paparan lingkungan.

Ketiga, memiliki alergi jenis lain, seperti makanan, udara, dan debu, sehingga memudahkan untuk alergi obat tertentu.

Keempat, memiliki alergi obat dalam satu golongan tertentu. Misalnya, alergi obat nyeri, maka kemungkinan besar akan alergi terhadap obat dengan golongan yang sama.

Penanganan utama untuk mengatasi alergi obat adalah dengan menghentikan pemakaian obat yang menimbulkan alergi dan mengganti dengan obat yang dapat mengatasi alergi.

Cara lain, mengonsumsi air kelapa hijau, susu murni, dan norit, guna menetralkan racun yang ada dalam tubuh.

Sementara itu, untuk mengetahui apakah seseorang alergi obat tertentu memang tidak mudah. Tingkat akurasi terhadap alergi obat sangat terbatas.

Ditambah lagi, tidak ada pemeriksaan medis untuk memastikan seseorang alergi obat, kecuali dalam keadaan darurat, seperti operasi.

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi alergi obat adalah dengan menghindari jenis obat yang dapat memicu alergi, mengetahui obat jenis apa yang menimbulkan alergi pada diri sendiri, atau mengenakan gelang sebagai penanda alergi, khususnya bagi mereka yang memiliki gejala anaphylacticshock.

Dengan demikian, alergi obat dapat dihindari dan menguntungkan kedua belah pihak, baik pasien dan dokter. (Esra Dopita)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 2017)

(Baca juga:Bikin Ngakak! Editan Photoshop Terhadap Pasangan Ini Sungguh Kelewat Batas!)

Artikel Terkait