Intisari-Online.com – Alergi adalah reaksi abnormal atau berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap suatu zat allergen (pemicu alergi), salah satunya obat.
Dalam dunia medis, alergi obat merupakan reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap obat-obatan tertentu, sehingga mengakibatkan gangguan sistemik.
Kondisi ini berbeda dengan efek samping obat atau overdosis.
“Alergi obat dapat dialami oleh siapa pun. Mulai dari, orangtua hingga anak-anak. Umumnya, alergi obat terjadi karena sistem kekebalan tubuh keliru dalam mengidentifikasi obat, yang kemudian menganggap obat sebagai sesuatu yang berbahaya. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh berusaha untuk melawannya,” jelas dr Anik Widajati, MKES, SpMK., Dokter imunologi dan mikrobiologi klinik di RS Siloam, Kebun Jeruk.
(Baca juga: Wanita Ini Usir Anak dan Menantunya yang Baru Menikah, Tapi Malah Disebut Mertua Idaman. Kok, Bisa?)
Reaksi terhadap alergi obat tidak muncul secara langsung ketika pertama kali mengonsumsi obat.
Melainkan secara bertahap atau beberapa hari setelahnya seiring sistem kekebalan tubuh membangun antibodi untuk mendeteksi dan melawan obat tersebut.
Pada proses itulah berbagai gejala alergi obat muncul.
Gejala tersebut dapat bervariasi pada setiap orang.
Mulai dari, gejala ringan, seperti ruam merah di kulit, gatal-gatal, pembengkakan, batuk, pusing, mual, demam, sesak napas, hingga paling fatal anaphylacticshock atau pingsan, yang dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.
Hal itulah yang membuat mengapa dokter selalu bertanya mengenai alergi obat kapada pasien sebelum meresepkan obat.
Sebetulnya, hampir semua jenis obat dapat memicu reaksi alergi. Akan tetapi, obat yang paling banyak memicu reaksi alergi, di antaranya obat antibiotik (penisilin dan sulfa), obat anastesi (lidokain), obat antinyeri golongan gin (antalgin dan metapyron).
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR