Advertorial
Intisari-Online.com – Ini adalah kisah Simon Louis (49 tahun) dari London, Inggris.
Pria itu tetap gembira karena ginjalnya telah menyelamatkan wanita yang dicintainya, Mary Emmanuelle (41 tahun).
Walaupun, setelah itu tidak terjadi pernikahan seperti yang diimpikannya. Pasalnya, Mary menolak lamarannya.
Saat berusia 28 tahun, Simon bertemu Mary di sebuah klub di London pada pertengahan tahun 1990-an. Saat itu Mary yang baru berusia 20 tahun melihatnya sebagai ‘seorang pria nakal yang berwajah tampan’.
Mereka saling berciuman dan menggoda, tetapi apa yang terjadi diantara mereka tidak pernah berlanjut.
(Baca juga:Bagi Ilmuwan NASA, Meletusnya Gunung Agung adalah Berita Bahagia Bagi Kehidupan Umat Manusia)
Seiring tahun demi tahun berlalu, keduanya tetap berteman. Mary sibuk mengurus putranya, Dwayne, sambil bekerja sebagai seorang sekretaris.
Sementara Simon membantu kakaknya menggelar berbagai acara musik.
Walaupun Simon akhirnya menjalin hubungan dengan wanita lain, perasaannya pada Mary tetap ada. Setiap Hari Valentine ia mengirimi Mary bunga mawar atau cokelat.
Hingga pada September 2014, Mary yang saat itu berusia 37 tahun, mendadak pingsan di rumah setelah kulit tubuhnya menjadi berwarna kuning.
Putranya Dwayne yang saat itu berusia 21 tahun, mendapati ibunya tergeletak di lantai tersedak muntahnya sendiri. Ia pun segera membawa ibunya ke Rumah Sakit Guy di London Selatan.
Mary mengalami koma selama beberapa malam setelah terjadi pendarahan di otaknya. Ia harus dirawat di unit perawatan intensif selama dua bulan, setelah didiagnosa sakit ginjal stadium akhir.
(Baca juga:Begini Tampilan 12 Seragam Pramugari Terbaik di Dunia, Ada dari Indonesia Lho...)
Satu-satunya harapan adalah ia mendapat cangkok ginjal. Namun, kesempatan mendapatkan donor ginjal menurun drastis karena ia memiliki golongan darah yang sangat langka, yaitu B negatif.
“Aku tidak dapat mempercayainya, aku mendapat vonis mati. Namaku ada dalam sebuah daftar ‘donor mati’, dan aku hanya bisa menunggu,” cerita Mary pada The Mirror, Sabtu (10/2).
Ia baru keluar dari rumah sakit pada Januari 2015, tetapi rutin kembali ke rumah sakit untuk cuci darah.
Dalam situasi demikian, Simon tetap mengunjunginya setiap hari. Terkadang ia menginap agar dapat membantunya dari dan ke rumah sakit.
Pria itu juga membantu Mary berpakaian, mandi, dan menyuapinya makan.
Setelah Mary agak sedikit sehat, wanita itu mengajak Simon berlibur di Spanyol sebagai rasa terima kasih. Hal itu mereka lakukan sambil menunggu Mary mendapatkan donor ginjal yang tepat.
Sayangnya, ketika donor ginjal itu ada, mereka tidak bisa kembali ke Inggris tepat pada waktunya. Akibatnya, ginjal yang tersedia diberikan kepada pasien lain.
(Baca juga:Selamatkan Puluhan Nyawa saat Perang Vietnam, Veteran Ini Diganjar Penghargaan Tertinggi Militer AS)
Hingga akhirnya Mary terlalu parah sakitnya dan memutuskan untuk pindah ke rumah Simon di kawasan London Timur. Tujuannya, agar pria itu dapat lebih mengurus dirinya.
“Dia seorang perawat yang luar biasa. Saat malam ia berbaring di tempat tidur, menceritakan cerita-cerita lucu dan menjaga sampai aku tertidur,” kata Mary.
Bagi Mary, rasa cinta dan perhatian yang diberikan Simon, telah membantu ia melewati masa-masa gelap.
Seminggu setelah tinggal serumah, Simon mencoba ikut dites apakah ia bisa menjadi seorang donot yang tepat. Ternyata, ginjal Simon cocok untuk Mary.
Bulan-bulan berikutnya, Simon dan Mary sama-sama menjalani operasi ginjal. Keduanya juga saling membantu untuk memulihkan kesehatan mereka kembali.
Hingga suatu malam saat mereka memasak untuk makan malam, Simon memberanikan diri untuk melamar Mary.
“Aku merasa benar-benar tergoda bahwa ia meminta aku menikah dengannya setelah ia melihat aku dalam kondisi yang begitu buruk. Namun aku menolaknya secara halus dengan mengatakan aku akan memikirkannya lebih dulu,” kata Mary.
(Baca juga:Duh, Terus Defisit, BPJS Kesehatan Tak Mau Lagi Tanggung 100% Biaya Perawatan)
Ia mengaku, ia cemas jika mereka menikah hal itu akan merusak persahabatan spesial mereka. Ia juga tidak ingin menikah hingga ia merasa kesehatannya benar-benar pulih seperti sebelumnya.
Walaupun lamarannya ditolak, Simon tidak menyesali keputusannya menjadi pendonor ginjal bagi Mary, wanita yang tetap ia cintai itu.
Ia tidak berpikir dua kali saat melakukannya. Tidak perlu dipertanyakan lagi tentang melakukan sesuatu bagi seseorang yang ia cintai.
“Aku berikan hatiku tetapi terlebih lagi aku berikan ginjalku. Apapun yang terjadi, aku tidak pernah menyesal telah memberi hadiah kehidupan untuknya,” kata Simon Louis.
Sementara Mary menambahkan, “Simon adalah sahabat terbaikku dan selalu akan demikian. Cinta diantara kami adalah nyata, dia bisa saja mati saat melakukannya untukku.”