Intisari-online.com - Ini adalah cerita tentang Susi Susanti, guru SD Filial 004 Seimenggaris, Kabupaten Nunukan, Kalimatan Utara.
Ia menjadi satu-satunya guru yang masih bertahan memberikan bekal masa depan kepada puluhan anak anak eks-TKI dari Malaysia itu. Dari kelas 1 hingga kelas 6 ia ajar seorang diri.
Meski hanya berukuran 4 X 4 meter, di ruang tersebut menampung siswa dari 3 kelas, yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Jika masuk semua siswanya masuk sekolah, satu bangku bisa ditempati lebih dari 3 anak.
Begitu pun dengan ruang kelas di sebelahnya yang dihuni siswa kelas 4, kelas 5, dan kelas 6. Hal yang membedakan hanya jenis papan tulis yang digunakan kelas 6 menggunkan spidol.
Keterbatasan ruang membuat Susi Susanti, lulusan SMA yang sudah 4 tahun terakhir mengabdikan diri mengajar di SD filial 004 Seimenggaris, menggabung 3 kelas dalam satu ruangan.
(Baca juga: Hampir Membuatnya Berhenti Mengajar, Guru Ini Justru Mengadopsi Murid Nakal Itu)
Ruangan pertama menampung kelas 1 sampai kelas 3, sementara ruang sebelahnya berisi siswa kelas 4 hingga kelas 6.
”Kelas digabung, karena kita hanya punya 2 ruang kelas. Sejak dibangun memang hanya ada 2 ruang kelas,” ujarnya ketika Kompas.com berkunjung bersama rombongan anggota DPRD Nunukan, Jumat (09/2) lalu.
Dengan pakaian yang sangat sederhana, Susi dengan sabar mengajari anak-anak, ia terlihat lebih lama memberi penjelasan soal pelajaran berhitung kepada kelas 2. Sementara di bangku yang bersebelahan, siswa kelas 1 sedang mencoba menulis huruf.
Karena hanya memiliki 2 papan tulis, biasanya dia menulis soal untuk 2 kelas di papan tulis kemudian menjelaskan pelajaran untuk satu kelas. Namun, tugasnya hari ini lebih berat karena kapur tulis yang biasa digunakan untuk membuat soal di papan tulis habis sejak 2 hari lalu.
Dia mengaku tidak bisa membeli kapur tulis di toko yang berada kawasan perusahaan yang jaraknya lebih dari 3 kilometer dari sekolah, karena selain jalan yang berlumpur akibat diguyur hujan, juga karena usia kehamilannya yang sudah 7 bulan.
Tidak bisa mencatat soal di papan tulis membuat Susi hanya bisa menerangkan pelajaran secara bergantian kepada setiap kelas, sementara siswa mencatat di buku masing–masing sebelum beranjak ke ruang sebelahnya di mana siswa kelas 4 hingga 6 sudah menunggu.
Meski usai janin dalam kandungannya masuk bulan ke-7, dia terlihat masih gesit berpindah ruangan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR