Para penutur juga menjelaskan, lawan jenis akan lebih tertarik sekaligus memberikan respons setimpal terhadap pria yang sudah disunat.
Alasan lain, sunat penting untuk harmoni rumah tangga, sekaligus terhindar dari kelainan bentuk bibir anak yang akan dilahirkan.
Ini terkait dengan mitos setempat bahwa jika suami tidak disunat, istrinya akan melahirkan anak-anak berbibir tebal dan menggantung.
(Baca juga: Evolusi dari Pengering Rambut, Dari Mesin Seperti Cerobong Asap Sampai Bisa Digenggam Seperti Sekarang)
Jujur atau mati
Bila tiba musim sunat, si calon tersunat bersama seorang pendamping akan menghubungi ahelit (juru sunat), lalu menyepakati waktu dan tempat.
Biasanya dipilih kebun yang belum dipanen hasilnya dan jauh dari perkampungan. Lalu mereka menghilang untuk beberapa waktu.
Perangkat seorang juru sunat terdiri atas pisau khusus, seutas tali dari anyaman benang, dan setengah butir tempurung kelapa yang dasarnya berlubang.
Di tepi sebuah kolam, juru sunat memulai keterampilannya. Klien atau calon tersunat disuruh membuat lubang dan mengumpulkan setumpuk batu kerikil.
Selanjutnya, juru sunat menarik salah satu bagian dari kulit luar penis pasien, dan mengikatnya kuat-kuat dengan tali, bagai membentuk kain jumputan, yang kemudian disembulkan dari lubang tempurung. Itulah batas pengaman.
Si pendamping sengaja mengalihkan perhatian pasien, lalu pada saat bersamaan pisau ditebaskan.
Darah ditampung di dalam lubang yang tadi dibuat oleh klien, sambil ia disuruh mengingat dengan wanita mana saja ia pernah memadu kasih.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR