Advertorial
Intisari-Online.com - Selama PD II Nazi dan Jepang sama-sama memiliki proyek rahasia untuk menciptakan senjata biologi dan praktek-praktek kedokteran abnormal yang dilakukan langsung kepada manusia.
Tapi ternyata tidak hanya Nazi dan Jepang saja yang memiliki proyek rahasia nan sadis demi kepentingan peperangan.
Sejumlah negara lain juga memiliki proyek rahasia yang diuji langsung ke manusia dan bahkan dilakukan jauh setelah PD II.
Pada tahun 1954 di Iowa, AS telah berlangsung proyek rahasia dengan nama sandi Project 4.1.
(Baca juga: Inilah Sisi Gelap Seseorang Berdasarkan Zodiaknya, Jangan Takut dan Malu Mengakuinya)
Tujuan proyek rahasia ini adalah untuk mempelajari dampak yang diakibatkan oleh radiasi ledakan bom nuklir terhadap manusia secara langsung.
Uji coba dilakukan diam-diam dengan melibatkan penduduk kepulauan Marshal yang tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari tempat uji coba ledakan bom atom di Castel Bravo, Atol Bikini.
Untuk mengetahui dampak lebih jauh akibat ledakan bom atom itu pihak berwenang sengaja melakukan penelitian dengan dalih melakukan ‘’bakti sosial’’ terhadap penduduk yang sudah terkontaminasi.
Akibat uji coba ledakan bom atom itu, ternyata banyak bayi yang pertumbuhannya terganggu dan banyak wanita menderita kanker tyroid setelah lima tahun bom meledak.
Tahun 1950-1960, CIA juga melakukan proyek rahasia bersandi Poyek MK- Ultra dengan tujuan untuk mengontrol pikiran manusia.
Proyek ini dijalankan oleh Office of Scientific Intelligence, yang merupakan salah satu departemen rahasia di CIA.
Metode uji rahasia yang dilakukan adalah dengan secara diam-diam memberikan LSD (Lysergic Acid Diethylamide) yang merupakan sejenis obat penenang.
LSD itu diberikan kepada berbagai lapisan masyarakat seperti anggota militer, dokter,karyawan pemerintahan, dan bahkan terhadap para wanita tunasusila yang direkrut secara ilegal.
(Baca juga: Waspada! 6 Tanda Ini Bisa Menunjukkan Anak Anda Akan Menjadi Psikopat Saat Dewasa Nanti)
Tapi seluruh hasil uji coba ini dimusnahkan atas perintah Richard Helm (direktur CIA saat itu) pada tahun 1973.
Akibatnya pihak berwenang tidak bisa melakukan penyelidikan terhadap proyek rahasia ini.
Rusia yang diera komunis memiliki banyak tahanan di kamp tawanan Gulag juga memiliki proyek rahasia.
Proyek rahasia Rusia berupa Laboratorium Racun Rusia, biasa dikenal dengan nama sandi Laboratory 1, Laboratory 12, dan The Chamber.
Ketiga fasilitas ini merupakan milik polisi rahasia Rusia.
Di tempat itu diam-diam dilakukan uji coba mematikan terhadap para tahanan dari Gulag yang dianggap sebagai musuh negara.
Caranya adalah dengan memberikan gas beracun seperti Mustard, Ricin, Digitoxin, dan lainnya.
Tujuan proyek rahasia itu adalah agar racun yang sudah diberikan ke korban sama sekali tidak bisa terdeteksi walaupun sudah dilakukan otopsi.
Racun-racun ini diberikan dengan cara dicampur pada makanan dan minuman sebagai ‘obat’.
Menurut para saksi, racun ini menyebabkan perubahan fisik pada korban, menjadi pendek dan lemah dalam sekejap, serta meninggal dengan tenang hanya dalam waktu 15 menit.
Korea Utara yang dikenal sebagai negara komunis absolut dan di bawah pemimpin diktator juga memiliki proyek rahasia yang sangat sadis.
Yang jelas uji coba ini menunjukkan pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana uji coba terhadap manusia yang dilakukan oleh Jepang dan Nazi pada saat PD II.
Salah satunya adalah proyek rahasia yang dilaporkan oleh seorang narapidana wanita yang pernah mendekam di penjara Korut.
Dia mengatakan bagaimana 50 wanita narapidana sehat dipilih dan disuruh memakan daun kubis yang sudah diberi racun.
Seluruh wanita ini tewas setelah 20 menit mengalami pendarahan di bagian anal dan muntah darah.
Uji coba ini dilakukan di tempat yang dikenal dengan nama Camp 22.
Menurut Kwon Hyok, mantan kepala keamanan penjara di Camp 22, di tempat ini juga terdapat perlengkapan untuk laboratorium gas beracun dan uji coba darah.
Dia pernah menyaksikan satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan sepasang anak,dikurung dalam ruang yang kemudian disuntikan gas.
Kedua anak tersebut tewas karena sesak napas akibat keracunan gas.
Sementara orang tua mereka mati-matian mencoba menyelamatkan dengan cara melakukan pernapasan dari mulut ke mulut.
Selama uji coba berlangsung, “ilmuwan” Korut melakukan pengamatan dari balik kaca di atasnya tanpa ekspresi belas kasihan sedikit pun.
(Baca juga: Bukan Daging, Inilah Menu Makan Siang Paling Enak dalam Pendidikan Komando Marinir yang Sangat Keras Itu)