Advertorial
Intisari-Online.com - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersama Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) serius menangani fenomena dokteroid di Indonesia.
Istilah dokteroid biasanya digunakan bagi oknum non medis yang berlaku layaknya dokter.
Ketua Umum IDI Ilham Oetama Marsis mengatakan, dokteroid ini sudah menjadi hal serius dan menjadi acaman bagi kesehatan masyarakat.
Dalam hal pengawasan dan pembinaan yang dilakukan, IDI menemukan seseorang yang tidak memilki ijazah serta kompetensi dokter namun memberikan diri untuk menjalankan praktek kedokteran.
(Baca juga: Dibuat oleh Pelukis yang Sedang Depresi, 10 Lukisan Gelap nan Misterius Ini Benar-benar Menyeramkan)
Padahal, di dalam undang-undang syarat praktek kedokteran adalah harus memilki surat tanda dan registrasj (STR) yang diterbitkan oleh KKI.
Sedangkan untuk mendapatkan STR seseorang harus memiliki ijazah dokter yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran, juga memiliki sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh Kolegium (bagian dari IDI).
"PB IDI masih melihat kasus dokteroid sebagai fenomena gunung es karena masih banyak yang luput dari pengawasan," ungkap Ilham dalam diskusi publik di Jakarta, Kamis (1/2).
Apalagi, sepanjang tahun lalu terdapat 15 kasus dokteroid yang telah ditangani aparat penegak hukum.
Seperti pada Mei 2017, dokter kecantikan palsu diringkus di toilet salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat.
Kemudian, satu bulan berikutnya, dilaporkan keberadaan dokter spesialis patologi anatomi.
Ilham mengimbau kepada masyarakat untuk memanfaatkan website IDI yang menampilkan direktori anggota IDI untuk memastikan dokter yang melayani adalah dokter yang terdaftar sebagai anggota IDI.
Kiat dan trik dari IDI
Praktek dokteroid kudu mendapat perhatian besar.
Sebab, jika terjadi kesahan diagnosa, hal itu dapat berujung fatal bagi pasien yang menjalaninya.
(Baca juga: Wanita Ini Diceraikan Suaminya Gara-gara Hanya Mandi dan Berhubungan Seks Sekali dalam Setahun)
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memberikan kiat-kiat bagi pasien agar tidak terkena praktek berbahaya dari dokteroid.
Sekretariat Jendral IDI Adib Khumaidi mengatakan, salah satu langkah yang bisa dilakukan pertama kali adalah mengetahui asal-usul dokter tersebut.
"Apakah betul dokter yang menangani Anda itu dokter betulan? Karena tidak semua yang berjas putih adalah dokter, cek lagi," tegas dia dalam diskusi publik di Jakarta, Kamis (1/2).
Adib bilang, untuk mengecek apakah dokter terkait asli atau palsu, dapat dilakukan melalui situs resmi IDI www.idionline.org dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) www.kki.go.id.
Jika nama dokter tersebut terdaftar di dua situs tersebut, maka dapat dipastikan dia merupakan anggota IDI dan memilki surat tanda dan registrasi (STR).
STR merupakan tanda dokter yang dapat berpraktek secara sah di Indonesia.
"Jika sudah memilki STR, KKI bisa bertanggungjawab jika dokter tersebut melakukan kesalahan," jelas Abdi.
"Adapun cara mengeceknya lewat situ web IDI dengan mengklik kolom tentang IDI di halaman utama, lalu pilih daftar anggota dan masukan nama dokter yang dimaksud, nanti terlihat jelas keterangan dan fotonya," tambahnya.
Saat ini, IDI tengah menaruh perhatian besar terkait fenomena dokteroid.
Pasalnya, dalam hal pengawasan dan pembinaan yang dilakukan, IDI menemukan seseorang yang tidak memilki ijazah serta kompetensi dokter namun memberanikan diri untuk menjalankan praktek kedokteran.
Padahal, di dalam UU syarat praktek kedokteran adalah harus memilki STR yang diterbitkan oleh KKI.
Sedangkan untuk mendapatkan STR seseorang harus memiliki ijazah dokter yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran dan juga memiliki sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh Kolegium (bagian dari IDI).
IDI sendiri masih melihat kasus doketeroid sebagai fenomena gunung es karena masih banyak yang luput dari pengawasan.
Apalagi, sepanjang tahun lalu, terdapat 15 kasus dokteroid yang telah ditangani aparat penegak hukum.
Seperti pada Mei 2017 dokter kecantikan palsu diringkus di toilet salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat.
Kemudian, satu bulan berikutnya, dilaporkan keberadaan dokter spesialis patologi anatomi. (Sinar Putri S.Utami)
(Baca juga: Kisah Windi, Anak 'Bodoh' yang Bisa Menggambar dengan Sangat Indah. Karena Kecerdasan Bukan Hanya Soal IQ!)
Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul “Fenomena dokteroid berbahaya, inilah imbauan IDI kepada masyarakat” dan “Kiat dan trik dari IDI agar terhindar praktek dokteroid”