Intisari-Online.com – Dulu, di zaman purba, untuk memenuhi kebutuhan akan air, orang cukup mendatangi sumber air, termasuk mata air.
Dijamin, airnya masih bening-ning dan bebas dari pencemaran.
Begitu orang mulai hidup menetap, cara mendapatkan air pun berkembang.
Selain memanfaatkan mata air permukaan seperti yang dilakukan Kang Suparna yang hidup di kaki Gunung Pangrango, orang berusaha mendapatkan air dari sumber air tanah.
(Baca juga: 7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi)
Caranya, dengan menggali sumur. Dari sinilah muncul metode menimba air dari sumur.
Semula orang menggunakan antara lain kerek dari sebatang atau beberapa batang bambu.
Prinsip kerjanya mirip jungkat-jungkit mainan anak-anak di taman bermain, menggunakan hukum keseimbangan.
Pada ujung bambu yang satu dipasangi tali atau bambu, tempat ember atau wadah lain dipasang untuk menimba air.
Lalu pada ujung yang lain diberi beban pemberat berupa batu, besi, dll. untuk meringankan kerja si pengambil air.
Kerek bambu itu lalu dipasang pada sebatang pohon atau tiang dengan mengambil titik tertentu pada batang bambu sebagai poros putarnya.
Setelah diciptakan roda kerek dari besi cor, orang lalu membuat alat penimba air dengan roda besi itu sebagai pemutar tali.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR