Advertorial
Intisari-Online.com – Bagi kitayang tinggal di negara dua musim, seperti Indonesia, tentu kitatidak akan merasakan namanya musim dingin.
Terkadang mungkin kita menginginkan merasakan bagaimana musim dingin.
Namun ternyata ada ‘baiknya’ lo kita tidak memiliki dingin.
Mengapa begitu?
(Baca juga:(Foto) Pernah Sampai Minus 71 Derajat Celcius, Seperti Inilah Kehidupan di Tempat Terdingin di Bumi?)
(Baca juga:Inilah 7 Tempat Paling Ekstrem di Dunia yang Bikin Kita Mikir Ribuan Kali Jika Ingin Ditinggali)
Dilansir dari nytimes.com, hal itu disebabkan orang-orang yang tinggal di negara dengan empat musim berkata bahwa “musim dingin adalah neraka”.
Contohnya Amy Loughlin (50).
Amy, yang berasal dari Austin, Texas, mendaki Gunung Washington, salah satu tempat paling dingin dengan suhu sekitar -40 derajat Celcius.
“Ini seperti neraka,” kata Amy.
“Bulu mata saya seperti membeku, saya tidak bisa berkedip, suhu dingin menusuk wajah, dan membuat telinga seperti mati rasa.”
Menurut penjelasan Amy, jalanan yang tertutupi salju sangat berbahaya dan membuatnya berjalan di atas blok es.
“Kami tidak bisa berkata-kata. Sangat dingin di luar sana,” ucap Mike Carmon, ahli meteorologi senior di Observatorium Mount Washington.
Carmon menjelaskan bahwa suhu di sini sekitar -40 derajat Celcius. Namun ketika malam, suhu bisa mencapai -100 derajat Celcius.
Tapi rata-rata suhu sekitar -70 derajat Celcius dan kecepatan angin sampai 122 mil per jam.
(Baca juga:Dari Permukaan Laut Sampai Pegunungan Bersalju, Inilah 7 Bandara Paling Ekstrem di Dunia)
Kondisi Gunung Washington juga membuat daerah di sekitarnya juga sama dinginnya.
Contohnya jutaan orang dari Florida dibiarkan menggigil di ruang terbuka saat sekolah tutup atau penerbangan dibatalkan.
Atau ketika kaca pecah, mesin mobil mati, atau ketika para nelayan harus menjaga umpan mereka supaya tidak membeku.
Jika sudah dalam kondisi ekstrem seperti ini, hanya ada dua perusahaan yang untung. Pertama perusahaan pemanas yang menyediakan persediaan darurat.
Kedua adalah perusahaan yang menyediakan pakaian hangat yang terbuat dari wol, katun, dan juga sutra.
Lain lagi cerita Chris Bendix, seorang mahasiswa teknik, ketika musim dingin sedang ekstrem-ekstremnya.
Ia menjelaskan bahwa ia memasang sebuah “gua selimut” dengan mengangkat tempat tidur, lalu menggantungkan selimut menutupi tempat tidur, dan meletakkan pemanas di dalamnya.
(Baca juga:(FOTO) Serangan Panas Ekstrem di India)
Memang dengan gunung yang berdiri pada 6.288 kaki di atas permukaan laut, suhu dingin yang ekstrem tidak bisa dihindari.
Oleh karena itu, Carmon dan ahli meteorologi melakukan perjalanan per jam di luar untuk memeriksa peralatan mereka yaitu dengan mengukur suhu, mengukur kecepatan angin, dan curah hujan.
“Tapi udara dingin selalu menemukan caranya untuk menyelinap masuk,” tutur Carmon.
“Tidak heran tempat ini menjadi salah satu tempat paling dingin dan juga ekstrem di Bumi.”
(Baca juga:Kamu Berani Menyantapnya Enggak? Inilah 4 Jajanan Kaki Lima Paling Ekstrem di Asia!)