Advertorial

Ternyata, Lagu 'Jaran Goyang' yang Melambungkan Nama Nella Kharisma Terinspirasi dari Kisah Ini!

Aulia Dian Permata

Editor

Jaran Goyang menjadi ramai dibicarakan sejak pedangdut Nella Kharisma melantunkannya dalam sebuah lagu yang asik untuk bergoyang. Apa sih sebenarnya jarang goyang itu?
Jaran Goyang menjadi ramai dibicarakan sejak pedangdut Nella Kharisma melantunkannya dalam sebuah lagu yang asik untuk bergoyang. Apa sih sebenarnya jarang goyang itu?

Intisari-Online.com - "Apa salah dan dosaku, sayang. Cinta suciku kau buang-buang. Lihat jurus yang kan kuberikan. Jaran goyang, jaran goyang."

Lirik lagu "Jaran Goyang" yang dibawakan oleh penyanyi dangdut Nella Karisma sangat populer di kalangan masyarakat.

Bukan hanya diputar di radio dan televisi namun juga menjadi lagu yang wajib dinyanyikan di acara hajatan.

Namun tidak banyak yang mengetahui bahwa "Jarang Goyang" adalah salah satu nama mantra pengasihan yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi.

(Baca Juga :(Foto) Kocak! Antara Nyentrik atau Tidak Tahu, Inilah 8 Fashion Paling Unik di Dunia)

Ditemui Kompas.com, Senin (27/11/2017), budayawan Banyuwangi Hasnan Singodimayan menjelaskan bahwa nama Jaran Goyang adalah mantra yang menjadi bagian dari sastra lisan yang dimiliki oleh masyarakat Using di Banyuwangi.

Menurut lelaki kelahiran Banyuwangi 17 Oktober 1931, masyarakat Using mempercayai adanya empat ilmu yaitu ilmu merah, ilmu kuning, ilmu hitam, dan ilmu putih.

"Ilmu merah ini berkaitan dengan perasaan cinta, ilmu kuning tentang jabatan, ilmu hitam untuk menyakiti dan ilmu putih untuk menyembuhkan. Nah Jaran Goyang ini masuk dalam kategori ilmu merah atau dikenal dengan santet," jelas Hasnan.

Hasnan dengan tegas mengatakan santet bukanlah ilmu yang menyakiti atau membunuh tapi merupakan akronim dari "mesisan gantet" yang berarti sekalian bersatu atau bisa juga "mesisan bantet atau sekalian rusak.

Hal ini merujuk dari fungsi sosial mantra santet Jaran Goyang untuk menyatukan dua orang agar bisa menikah atau memisahkan kedua orang yang mencintai agar bisa menikah dengan pasangan pilihan keluarganya.

(Baca Juga :Setelah Tahu 7 Fakta Ini, Anda Pasti Akan Memilih Mandi di Malam Hari!)

Selain Jaran Goyang, ada beberapa mantra lain yang berkaitan dengan hubungan asmara seperti Kucing Gorang dan Kebo Bodoh.

Nama-nama mantra ilmu merah yang berkaitan dengan asmara, memang paling banyak menggunakan binatang liar yang menjadi peliharaan.

Namun menurut Hasnan, di antara banyaknya mantra pengasihan, mantra Jaran Goyang yang paling ampuh.

"Nggak perlu waktu lama, kalau sudah dirapalkan bisa langsung jatuh cinta," katanya sambil tersenyum.

Ia juga menjelaskan nama Jaran Goyang diambil dari perilaku kuda yang sulit dijinakkan, tetapi jika sudah jinak maka kuda sangat mudah dikendalikan.

"Sama dengan perasaan cinta. Awalnya susah dikendalikan tapi kalau sudah jatuh cinta bisa bisa semua baju miliknya di bawa pulang ke rumah pasangannya seperti orang gila dan memang korban dalam kutip terbanyak adalah perempuan walaupun tidak menutup kemungkinan laki-laki juga bisa terkena santet Jaran Goyang," jelas Hasnan.

(Baca Juga :Tak Disangka! Krokot yang Sering Dianggap Gulma ini Ternyata Ampuh Tanggulangi Stroke)

Ia menambahkan masyarakat Banyuwangi, khususnya Using, sangat terbuka dan tidak menutup diri. Budaya yang masuk akan diserap dan dikawinkan dengan budaya asli sehingga melahirkan budaya baru.

Dengan berjalannya waktu, terinspirasi dari santet Jaran Goyang, maka terciptalah tari Jaran Goyang.

Beberapa waktu lalu, seniman tari Banyuwangi Slamet Menur (75)menjelaskan kepada Kompas.com bahwa Jaran Goyang pertama kali ditarikan pada 1966 oleh penari yang bernama Darji dan Parmi dari Lembaga Kesenian Nasional (LKN) milik Partai Nasional Indonesia yang saat itu ada di wilayah Kecamatan Genteng, Banyuwangi.

Berbeda dengan tari Jaran Goyang saat ini yang ditarikan oleh dua orang yaitu laki-laki dan perempuan, pada masa itu Tari Jaran Goyang dibawakan banyak orang walaupun ada dua penari utama.

"Tari Jaran Goyang adalah tari pergaulan yang menceritakan seorang pria yang mencintai seorang gadis, namun di tolak. Akhirnya sang pria merapalkan mantra jaran Goyang lalu melempar bunga kepada sang gadis hingga dia jatuh cinta dan tergila-gila pada sang pria," cerita Slamet Menur.

Menurut Slamet, tari tersebut muncul dari fenomena mantra Jaran Goyang yang tumbuh subur di kalangan masyarakat Suku Using saat itu.

Hingga saat ini, mantra Jaran Goyang yang menjadi bagian dari sastra lisan masih memiliki fungsi sosial di lingkungan masyarakat Banyuwangi khususnya Suku Using.

Termasuk juga tari Jaran Goyang yang masih sering ditampilkan di pementasan kesenian di Kabupaten Banyuwangi.

Terima kasih, Nella Kharisma yang berperan besar dalam memperkenalkan istilah "Jaran Goyang" pada masyarakat Indonesia!

(Baca Juga :Riset Sains: Empat Tanda Ini Merupakan Indikasi Ajal Sudah Dekat)

(Kotributor Kompas.com Ira Rachmawati)

(Artikel ini pernah dimuat di Kompas.com dengan judul Jaran Goyang, dari Mantra hingga Menjadi Tari dan Lagu)

Artikel Terkait