Advertorial
Intisari-Online.com – Tubuh boleh kecil, tetapi kemampuannya membuat sarang tidak diragukan lagi.
Itulah burung penenun yang dikenal dengan nama Social Weaver (Philetairus socius).
Burung penyanyi ini biasanya membuat sarang yang tersembunyi dan hanya untuk menempatkan satu telur saja.
Berbeda dengan burung penenun yang hidup di selatan Afrika.
(Baca juga:Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)
Mereka membangun sarang yang sangat besar sehingga pohon yang menjadi tempat hinggapnya bisa menjadi patah.
Bayangkan, bobot sarang burung penenun bisa mencapai lebih dari satu ton, dengan lebar 6 meter dan tinggi 3 meter.
Sarang itu terdiri dari ratusan kamar yang terpisah.
Generasi penerusnya akan kembali memperbarui sarang dan menggunakan kembali kamar-kamar di dalamnya hingga lebih dari satu abad.
Burung penenun menggunakan berbagai bahan yang berbeda untuk membangun sarangnya.
Struktur dasar sarangnya terbuat dari anyaman ranting. Kemudian mereka menjalin bagian dalam dengan rerumputan dan bulu-buluan.
Konstruksi kamarnya sepanjang 25,4 cm dengan lebar 2,5 cm sebagai pintu khusus, dengan ujungnya yang melengkung tajam untuk menghalangi ular masuk.
Sementara pasangan burung petelur akan memiliki kamar tersendiri.
Kebanyakan kamar itu dihuni 3 sampai 4 ekor burung sekaligus.
Keuntungan gaya hidup seperti ini menjadi lebih jelas dalam konteks padang pasir dimana suhu udara berubah-ubah secara dramatis.
“Aku pikir suhu udara pada malam hari adalah 1 atau 1,6 derajat Celsius, dan suhu di dalam kamar dengan 3 sampai 4 ekor burung adalah 21 atau 23 derajat Celsius,” kata Gavin Leighton, ahli biologi di Univeristy Miami, kepada situs Wired Magazine.
“Jadi, ada manfaat arus udara panas yang berada di sarang raksasa ini.”
(Baca juga:Sedih, Inilah Sudan si Badak Putih Utara Jantan Terakhir di Dunia dan Terancam Punah)
Struktur sarang berukuran besar melindungi burung tidak hanya dari suhu udara, tetapi juga dari sinar matahari langsung, hujan, dan panas.
Keuntungan lain tinggal dalam koloni besar adalah meningkatkan kemungkinan setiap individu tidak tertangkap predator.
Pintu masuk sarang berada di bagian bawah struktur sarang untuk melindungi penghuninya dari burung elang dan predator lainnya.
Menurut Leighton, pernah didokumentasikan bahwa elang kerdil terkadang akan memakan burung penenun.
Burung penenun membangun dan merawat komplek apartemen raksasa ini, dan kemudian seekor predator masuk ke dalamnya dan mulai memakan mereka.
“Namun jarang terjadi elang kerdil memangsa burung penenun, itu mungkin lebih beresiko bila mereka berada di sekitarnya. Mereka tidak hanya terintimidasi oleh ulat tetapi burung lain juga mengincarnya di salah satu kamar di sarang mereka,” kata Gavin Leighton.
(Baca juga:7 Desa Ini Tersembunyi di Tempat yang Tak Terbayangkan, Salah Satunya Ada di Kawah Gunung Berapi)
Burung penenun juga dapat menjadi korban dari kesuksesan mereka membangun sarang.
Beberapa sarang mereka dapat bergantung di pohon selama berabad-abad.
Ada juga sarang yang dipenuhi air saat musim hujan dan membuat pohon tidak dapat menyangganya lagi sehingga jatuh karena keberatan.
Ada juga pohon yang jadi patah karena beban dari sarang yang sangat besar.
Meskipun demikian, kamar-kamar di sarang itu masih aktif digunakan oleh burung penenun.