Advertorial
Intisari-Online.com – Stand up comedy akhir-akhir ini semakin menjamur di Indonesia, dan saya bukan sekadar menikmati kelucuannya namun juga belajar beberapa hal didalamnya.
Salah satu statement dari seorang coach-nya, yaitu mulailah dari keresahan.
Script sebuah stand up comedy yang kuat adalah relevan dengan audience-nya, dan tingkat relevansi yang tinggi itu bisa membicarakan keresahan yang sama.
Tidak hanya untuk stand up comedy, menurut saya, menciptakan kemajuan di pekerjaan dan organisasi juga harus dimulai dari keresahan.
BACA JUGA:Inilah Wanita Terkaya Indonesia 2017, Hartanya 11 Triliun Rupiah Dan Sangat Menggemari Buku
Mengapa harus dimulai dari keresahan? Keresahan menjadi titik awal melakukan kemajuan. Alasannya sederhana, orang yang resah (seharusnya) akan bergerak secara instingtual untuk mengatasi keresahannya. Orang yang punya keterbatasan waktu, seharusnya mulai mencari cara untuk mengelola waktunya dengan strategik. Situasi yang lebih tak menentu seharusnya membuat orang lebih proaktif dan memikirkan contingency plan-nya. Saat karier terasa berjalan di tempat, kemajuan harusnya lebih dilakukan untuk membuat perjalanan karier lebih menarik lagi. Saat klien lebih tidak puas dengan hasil kerja kita, kita mencari terobosan baru untuk mengembalikan kepuasan klien tersebut. Apa saja contoh-contoh keresahan dalam bekerja yang justru bisa menjadi dasar untuk menciptakan kemajuan? 1. Kegemasan akan belum optimalnya peran yang dilakukan 2. Geregetan karena kurang efisiennya proses yang ada 3. Tidak seru karena banyaknya waktu yang dihabiskan untuk mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan tapi kurang menarik 4. Gugup untuk tugas yang masih dirasa sulit 5. “Blank” karena banyak yang tidak diketahui 6. Sayang karena cost yang bengkak secara tidak perlu Di tim Daily Meaning juga saya biasakan untuk berdialog mengenai keresahan yang terjadi, kemudian dilanjutkan dengan mencari jalan keluarnya. Contohnya efisiensi pembuatan laporan workshop. Saya orang yang tidak menikmati pekerjaan administratif, tapi tahu bahwa itu menjadi bagian dari yang harus dilakukan. Saya mendorong tim untuk mencari cara untuk mengefisienkan proses pembuatan laporan. Biasanya, respons dari peserta pelatihan terhadap challenge yang kami berikan akan dicatat satu persatu untuk kemudian dituangkan dalam laporan. Kemajuan selanjutnya adalah meminta peserta menuliskan langsung jawabannya dalam form yang sudah kami buat dan diletakkan di Google Drive, sehingga datanya bisa langsung dikompilasi dan dianalisis secara efisien. Progress yang berangkat dari keresahan akan proses pembuatan laporan ini justru banyak sekali.Tidak hanya satu pulau yang terlampaui dengan sekali dayung, namun juga waktu dan tenaga.
Proses juga menjadi paperless. Database bisa dibangun dengan lebih powerful dan dapat dilakukan analisis yang lebih tajam. Dari keresahan-keresahan produktif yang dibudidayakan inilah, selama 1,5 bulan dihasilkan 25 inovasi praktis dari 10 orang film Daily Meaning.
Inovasi-inovasi itu telah diimplementasikan secara nyata dan menciptakan progress yang signifikan. BACA JUGA:5 Tempat Wisata yang Harus Kita Kunjungi, Salah Satunya Ada Taman Neraka Lo! Apa musuh terbesar untuk menciptakan progress? Musuh terbesarnya cuma dua: 1. Tidak merasa resah, sehingga tidak merasa ada yang perlu digarap lebih jauh. Perasaan sudah keren dan tidak ada yang perlu diperbaiki menjadi hidden enemy yang sangat berbahaya. Banyak organisasi yang tidak menyadari bahwa kompetisi yang terjadi bukan lagi dengan usaha sejenis, namun juga perkembangan teknologi. Dengan tidak menyadari apa yang terjadi, kita akan diam di comfort zone hingga semuanya menjadi terlambat untuk diperbaiki. Teknologi memang banyak mengubah pemetaan bisnis di banyak area, seperti contohnya: • World’s largest taxi company owns no taxis (Uber) • Largest accomodation provider owns no real estate (Airbnb) • Largest phone companies own no telco infra (Skype, WeChat) • World’s most valuable retailer has no inventory (Alibaba) • Most popular media owner creates no content (Facebook) • Fastest growing banks have no actual money (SocietyOne) • World’s largest movie house owns no cinemas (Netflix) • Largest software vendors don’t write the apps (Apple & Google) Bagaimana dengan bisnis Anda? 2. Resah kelewat batas dan tidak berbuat sesuatu karena panick attack atau pasrah, seakan-akan bendera putih sudah dikibarkan sebelum perang. Ya, upayakan jangan sampai hal itu terjadi. Saat keresahan muncul, harusnya dilanjutkan dengan pemahaman akan akar penyebab permasalahan yang ada, kemudian kembangkan sikap positif akan adanya cara yang lebih baik, dan terakhir teguh dalam melakukan perbaikan atau menciptakan progres itu sendiri. Bahasa praktisnya adalah orang keren itu sadar kalau sedang resah, sadar mengapa ia resah, dan naik kelas dengan mencari jalan keluar dari keresahannya tersebut. Good luck, selamat untuk resah secara produktif. (Ditulis oleh Alexander Sriwijono, Psychologist & the Founder of Daily Meaning) BACA JUGA:Menakjubkan, Inilah Kebiasaan Irit Para Miliarder Dunia