Advertorial
Intisari-Online.com - "Ini mahakarya Tuhan. Saya mungkin tak berada di sini jika kondisi fisik saya utuh."
Kalimat tersebut keluar dari seorang atlet renang yang berhasil mengibarkan bendera merah putih sebanyak lima kali di Malaysia.
Prestasi yang tak lepas dari keberhasilannya memborong lima medali emas dengan ‘hanya’ bermodalkan satu tangan.
Ya, satu tangan.
Guntur, atlet renang tersebut memang hanya memiliki satu tangan, hanya tangan kanan.
Namun urusan prestasi, bisa jadi atlet-atlet lain yang masih memiliki kedua tangan tidak dapat menyamainya.
(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Lihat saja, di ajang ASEAN Para Games 2017, Kuala Lumpur, Malaysia, Guntur berhasil menyabet lima medali emas di lima nomor yang dia ikuti.
Mulai dari 100 meter gaya dada SB8, 50 meter gaya dada SB8, 50m gaya bebas Sb, serta estafet 4x100 meter gaya bebas putra dan 4x100 meter estafet gaya ganti bersama Jendi Panggabean, Musa Mandan Karuba, dan Suriansyah.
Anda sudah sangat kagum dengan prestasinya? Tahan dulu.
Masih ada prestasi ‘tambahan’ yang tak kalah mentereng: Guntur berhasil memecahkan rekor ASEAN Para Games sebanyak 3 kali!
Rekor-rekor tersebut dia pecahkan di nomor 100 meter gaya dada SB8 (dengan catatan waktu 01:20.53 detik), 50 meter gaya dada SB8 (36,78 detik) serta nomor estafet 4x100 meter gaya bebas putra (26,05 detik) bersama ketiga rekannya.
National Aquatic Centre, Bukit Jalil Sports City, tempat diselenggarakannya pertandingan-pertandingan tersebut, seolah disiapkan untuk menyebut nama Guntur secara berulang-ulang.
Mantan Nelayan
Masih ada satu fakta lagi yang mungkin akan membuat Anda semakin kesengsem dengan Guntur: dia adalah mantan seorang nelayan.
Guntur memang terlahir dari keluarga nelayan pasangan Haji Santer dan Hajah Suwarni.
Laut beserta ombak dan badainya seolah sudah menjadi sahabat karibnya.
Namun, di laut pula nasibnya sempat terpuruk. Setidaknya itulah anggapannya saat itu.
Pada 2000, saat usianya baru 17 tahun, pria yang terlahir ‘normal’ dengan dua tangan tersebut mengalami kecelakaan saat melaut di kawasan Kalimantan Timur.
Tangan kirinya tergiling mesin kapal.
Rasa shock dan trauma pun sempat menemani hidupnya dalam waktu cukup lama.
Sulit bagi dirinya yang baru beranjak dewasa membayangkan untuk dapat hidup dengan satu tangan.
Baru saat dirinya menginjak usia 18 tahun, pria kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur, 12 Oktober 1983 ini mengambil langkah besar, yang kemudian mengubah hidupnya nyaris 180 derajat: dia ingin menggeluti olahraga renang.
Menariknya, bukannya didera berbagai kesulitan karena harus berenang dengan hanya mengandalkan satu tangan, Guntur justru menemukan dirinya mampu berenang lebih cepat dibanding saat dirinya masih memiliki dua tangan.
"Saya awalnya juga tidak percaya, kok dengan tangan satu malah saya lebih cepat berenang," ujarnya kepada kompas.com.
Pekan Paralimpik Nasional pada 2008 silam kemudian menjadi tiket dirinya untuk berkeliling Asia, dengan segala keterbatasan yang dimilikinya.
Segudang prestasi kemudian rutin ‘mampir’ pada dirinya.
Meski demikian, Guntur mengakui bahwa terkadang dia masih merasa minder dengan tampilan fisiknya pasca-kecelakaan.
Namun, Guntur tetap yakin bahwa saat berada di kolam renang, dirinya sama saja dengan orang lain, termasuk mereka yang bertubuh ‘normal’.
Motivasinya benar-benar luar biasa.
Apalagi dia memiliki keyakinan “kekurangan juga bisa berprestasi, kekurangan bisa menembus keberhasilan.”