Advertorial
Intisari-Online.com – Tentu Anda masih ingat bukan bagaimana besarnya perjuangan warga Indonesia untuk merdeka dan diakui sebagai sebuah negara?
Berperang melawan negara lain, puluhan pahlawan gugur, bahkan banyak masalah internal.
Tentu, tidak mudah mendirikan sebuah negara. Namun rasanya tidak sulit bagi pria asal India ini.
Dilansir dari businessinsider.sg, Suyash Dixit dari India, menulis sebuah postingan di Facebook minggu lalu.
(Baca juga:Kemal Idris, Jenderal Sampah Anti-Sukarno yang Pernah Arahkan Moncong Meriam ke Arah Istana Negara)
(Baca juga:Lebih dari 15 Ribu Ilmuwan dari 184 Negara Keluarkan Peringatan tentang 'Bumi yang Semakin Rapuh')
Dixit mengatakan telah melakukan perjalanan sampai ia sampai di sebuah tanah kosong tanpa kewarganegaraan di antara Mesir dan Sudan.
Melihat tanah kosong di Afrika Utara itu, Dixit langsung mengklaimnya sebagai miliknya sendiri. Bahkan tak main-main, dia berencana mendirikan sebuah negara.
“Saya, Suyash Dixit, menyatakan diri saya sebagai raja ‘Kerajaan Dixit’ dan menyebut diri saya sendiri sebagai Raja Suyash (yang) pertama mulai hari ini.”
“Saya menyatakan tanah Bir Tawil yang tidak diklaim ini sebagai negara saya dari sekarang sampai waktu yang kekal.”
“Saya berjanji untuk terus bekerja untuk kemakmuran umat saya di negara ini dan tanah air ini.”
“Saya menempuh perjalanan 319 km (bolak-balik) di padang pasir yang jauh untuk mengklaim tanah Bir Tawil yang tidak diklaim ini. Luasnya sekitar 800 mil persegi.”
“Mengikuti etika dan peraturan peradaban awal, jika Anda ingin mengklaim tanah maka Anda perlu menanam tanaman di atasnya. Saya telah menanam benih dan menyiram air di atasnya hari ini.”
“Jadi, ini adalah milik saya.”
“Ini bukan lelucon. Saya memiliki sebuah negara sekarang.”
(Baca juga:Robot Sophia Akhirnya Dapat Kewarganegaraaan dari … Arab Saudi)
Tidak hanya itu, Dixit meminta orang-orang agar mau bergabung dengan pemerintahannya. Ia mengundang orang untuk mengajukan kewarganegaraan di kerajaan tersebut.
Diketahui status Bir Tawil yang kosong berasal dari serangkaian sengketa di perbatasan antara Mesir dan Sudan yang dimulai pada abad ke-20.
Kedua negara telah menolak untuk menguasai Bir Tawil dan lebih memilih Segitiga Hala’ib yang lebih besar dan menguntungkan, lapor The Guardian.
Dixit bukanlah orang pertama yang mengklaim tanah itu.
Pada tahun 2014, Jeremiah Heaton, seorang ayah dari Amerika, memproklamasikan tanah tersebut sebagai “Kerajaan Sudan Utara” dan menjadikan putrinya sebagai seorang putri.
Lalu seseorang juga menyatakan diri sebagai “Raja George Henry I” dan mengklaim ”Kerajaan Bir Tawil” melalui sebuah postingan di blog yang sekarang tidak berfungsi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak pernah mengkonfirmasi atau mengenal Heaton atau “Raja George Henry I” sebagai penguasa sah Bir Tawil. Dan mungkin akan melakukan hal yang sama kepada Dixit.