Advertorial
Intisari-Online.com – Patah hati. Mendengar istilah itu saja sudah membuat beberapa orang bersedih.
Walau terkesan ‘mellow’, jangan pernah menganggap remeh patah hati.
Sebab, dalam sebuah studi menemukan bahwa tekanan emosional yang parah akibat patah hati bisa memicu kondisi jantung mendadak yang sama seperti serangan jantung.
Kok bisa?
(Baca juga:Wanita Ini Meninggal karena 'Sindrom Patah Hati' Hanya Empat Hari Setelah Suaminya Meninggal)
(Baca juga:Inilah 5 Hal yang Terjadi pada Tubuh Bila Mengalami Patah Hati, Apakah Anda Pernah Merasakannya?)
Dilansir dari independent.co.uk, dalam ilmu kedokteran, hal itu disebut takotsubo cardiomyopathy atau “sindrom patah hati”.
Sindrom patah hati mempengaruhi setidaknya 3.000 orang di Inggris. Ini biasanya dipicu oleh kejadian traumatis seperti kehilangan seseorang yang kita sayangi.
Selama serangan, otot jantung melemah ke titik di mana ia tidak dapat lagi berfungsi secara efektif.
Lalu apakah berbahaya?
Penelitian sebelumnya telah mengatakan bahwa kerusakan yang terjadi hanya bersifat sementara.
Namun para ilmuwan di University of Aberdeen telah menemukan bahwa efeknya dapat bersifat permanen, seperti serangan jantung.
Dalam studi yang didanai oleh British Heart Foundation (BHF), tim dokter memeriksa 37 pasien takotsubo cardiomyopathy untuk jangka waktu rata-rata dua tahun dengan menggunakan pemindaian ultrasound dan MRI.
Hasil studi itu kemudian dipresentasikan di American Heart Association Scientific Sessions di Anaheim, California.
Mereka mengungkapkan bahwa para pasien memiliki kerusakan yang tidak dapat diobati pada jaringan otot jantung yang telah mengurangi elastisitas yang mencegah kontraksi penuh setiap detak jantung.
Harvard Medical School menambahkan bahwa lebih dari 90% kasus mengenai sindrom patah hati adalah wanita berusia antara 58 tahun sampai 75 tahun.
“Takotsubo cardiomyopathy adalah penyakit yang tiba-tiba dapat menyerang orang lain yang sehat,” kata Profesor Jeremy Pearson, associate medical director di BHF.
“Kami pernah mengira dampak dari penyakit ini hanya bersifat sementara. Tapi sekarang kami dapat melihat bahwa mereka dapat terus mempengaruhi sisa hidup orang lain.”
(Baca juga:Anda Benar-benar Bisa Mati Gara-gara Patah Hati)
Pearson menambahkan bahwa saat ini tidak ada perawatan jangka panjang untuk pasien karena petugas medis sebelumnya mengira semua pasien akan sembuh total.
“Namun studi baru ini menunjukkan ada efek jangka panjang pada kesehatan jantung dan kami menyarangkan untuk merawat pasien dengan cara yang serupa dengan orang yang mengalami serangan jantung,” tandasnya.