Advertorial

Berkunjung Melihat Isi ‘Perut’ Museum Perlebahan

Ade Sulaeman

Editor

Lebah kok ada museumnya? Mungkinkah ada lebah peninggalan zaman pra sejarah atau zaman batu?
Lebah kok ada museumnya? Mungkinkah ada lebah peninggalan zaman pra sejarah atau zaman batu?

Intisari-Online.com – Lebah kok ada museumnya? Mungkinkah ada lebah peninggalan zaman pra sejarah atau zaman batu?

Oh tidak! Di sana yang bisa Anda temukan adalah bukti-bukti perjalanan sejarah peternakan lebah.

Begitu memasuki Museum Perlebahan Pusat Apiari Pramuka di Kompleks Wiladatika Cibubur ini, kita disambut seekor lebah raksasa yang selalu "terbang".

Jangan terkejut! la bukan lebah benaran. Si raksasa itu hanyalah lebah pekerja yang terbuat dan kertas dengan kerangka kayu dan kawat.

(Baca juga: Telah Dibangun Museum Louvre di Abu Dhabi dan Menjadi Satu-satunya Museum Universal di Dunia Arab)

Di salah satu sudut ruangan museum ini berjajar peralatan beternak lebah. Anda akan melihat sepotong batang pohon kelapa terbelah.

Itu adalah rumah lebah pada peternakan lebah tradisional. Yang agak modern terbuat dari bilik bambu berbentuk tabung.

Peralatan itu nampaknya hanya untuk mengingatkan pengunjung bahwa barang-barang itu sudah jarang digunakan karena tidak efisien lagi.

Sebagai penggantinya dibeberkan peralatan untuk berternak lebah secara modern. Rumahnya berbentuk kotak yang terbuat dari papan dan dicat putih.

Rumah ini dilengkapi pintu keluar-masuknya lebah pekerja dan bingkai sarang lebah. Satu perangkat ini biasanya disebut sebagai stup.

Peralatan pendukungnya juga dipamerkan di sini.

Umpamanya sarang pondasi, penjaring pollen (tepung sari yang dibawa lebah pada kakinya dari bunga sumber nektarnya), mangkuk royal jelly (bahan seperti vaselin yang berasal dari kelenjar ludah lebah pekerja), dan penyekat ratu.

Perlengkapan panen pun digelar di sana. Berbagai model topi anyaman yang dilengkapi dengan jaring halus digantung, bukan untuk bergaya, tetapi untuk melindungi wajah dari sengatan lebah yang mungkin saja mengamuk ketika panen.

(Baca juga: Pria Ini Masuk Gerbong Kosong Di Museum Dan Tak Sengaja Memotret Hantu)

Perlengkapan panen lainnya, di antaranya smoker (alat untuk mengasapi koloni lebah sebelum dipanen agar jinak), sikat lebah yang terbuat dari bulu ekor kuda, pisau pengupas sel madu dan saringan madu.

Madu ini dikeluarkan dari sel-sel madu dengan menggunakan ekstraktor.

Bentuknya tabung dan di dalamnya ada tempat bingkai sel madu yang akan dipusing untuk mengeluarkan madunya dengan memakai engkol tangan.

Di sudut ruangan museum lainnya ada stup kaca. Pintu stup yang menembus dinding ini mengarah ke taman di sisi museum sebagai sumber nektar bagi penghuninya.

Dengan berdindingkan kaca ini, Anda akan bisa melihat gerak-gerik lebah di dalamnya.

Di dinding museum ini, digantungkan pula gambar lebah berukuran besar. Gambar itu meliputi lebah pekerja, jantan dan lebah ratu.

(Baca juga: Biola Ini Jadi Kesayangan WR Supratman Sekaligus Ikon Museum Sumpah Pemuda)

Bahkan ada gambar seekor lebah yang terlihat "jeroan"nya.

Hasil beternak yang berupa madu, pollen dan royal jelly juga dijual di sini. Anda tinggal memilih kemasan mana yang Anda sukai.

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1990)

Artikel Terkait