Advertorial

Tak Ingin Anaknya Jadi Piatu, Wanita Ini Mati-matian Turunkan Berat Badan

Ade Sulaeman

Penulis

Melihat kakaknya meninggal karena serangan jantung, Natalie Jones asal Birmingham, Inggris bertekad untuk diet demi melihat tiga buah hatinya tumbuh dewasa.
Melihat kakaknya meninggal karena serangan jantung, Natalie Jones asal Birmingham, Inggris bertekad untuk diet demi melihat tiga buah hatinya tumbuh dewasa.

Intisari-Online.com -Melihat kakaknya meninggal karena serangan jantung, Natalie Jones asal Birmingham, Inggris bertekad untuk diet demi melihat tiga buah hatinya tumbuh dewasa.

Kakak lelaki Natalie, Mark, ditemukan meninggal karena serangan jantung pada usia 39 tahun.

Obesitas disinyalir sebagai pemicu dari tragedi menyedihkan tersebut.

Natalie yang juga memiliki tubuh tambun dan kelebihan berat badan, mengaku sangat terguncang atas kejadian ini

“Mark adalah pria bertubuh sangat besar, dia sangat suka makan. Dia makan dengan porsi yang selalu berlebihan,” tutur Natalie.

Selain itu, menurut Natalie, kakaknya juga seorang perokok, dan gaya hidup yang tidak teratur menjadi salah satu penyebab kematiannya.

Ditambah lagi, latar belakang keluarga yang memiliki sejarah penyakit jantung.

Kepergian kakaknya menjadi “titik balik” kehidupan Natalie, dia bagai disadarkan bahwa hal yang menimpa Mark, bisa juga terjadi padanya.

Apalagi, ia memiliki tiga anak yang masih membutuhkan sosok seorang ibu dalam hidup mereka.

Bayangan buah hatinya menjadi piatu, menyentak relung dan batinnya untuk segera memulai diet!

“Saya ingin memiliki tubuh dengan berat badan yang sehat dan seimbang. Saya ingin hidup lebih lama” ujarnya.

Sebagai seorang ibu yang melahirkan tiga bayi ke dunia, ia pun ingin menyaksikan mereka tumbuh menjadi manusia dewasa.

Impian inilah yang menjadi landasan untuk memulai dan menjalani diet dengan konsisten.

Misi mewujudkan impian yang mulia tersebut, dimulai dengan perlahan mengurangi kegemarannya mengonsumsi makanan cepat saji dan berlemak.

Tidak lupa, ia juga melakukan olahraga untuk kekuatan.

Seiring dengan waktu, berat badannya yang semula 125 kilogram, dalam waktu 15 bulan berhasil diturunkan sebanyak 50 kilogram.

“Tidak mudah untuk menghilangkan keinginan untuk makanjunk food.

Tapi sekarang, saya lebih memilih makan cokelat saja untuk memenuhi keinginan untuk mengemil,” katanya.

Selain menahan nafsu makan, Natalie mengaku hal lainnya yang berat dilakukan adalah berolahraga.

“Pada dasarnya saya seorang pemalas. Rutin berolahraga adalah langkah yang besar, dan mampu bertahan di atas treadmill selama dua menit, merupakan pencapaian. Saya melakukan semua ini, untuk anak-anak,’’ urai Natalie.

Proses penurunan berat badan ini, diakuinya tidak melulu berjalan lancar.

Ada masa di mana keinginan untuk melahap burger dan sebakul kulit ayam hadir menggebu, tidak mudah untuk meredamnya.

Jika begini, ia segera mengingatkan diri sendiri mengenai kematian sang kakak, dan bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang dicintai, dan itulah yang dirasakan oleh istri Mark saat ini. “Saya tidak ingin anak-anak saya merasakan kesedihan serupa. Tidak hari ini” tandasnya.

Seiring dengan berlalunya waktu, Natalie terus menjalankan diet dan olahraga.

Natalie tidak membebani diri dengan target waktu.

Semua dijalani dengan santai, karena tujuannya adalah ingin sehat dan hidup lebih lama.

Setiap hari ia lari pagi selama 15 menit, dan banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan berserat.

Berat badannya pun berkurang secara teratur, dalam sebulan sebanyak satu kilogram berhasil ia turunkan.

Lalu, pada bulan Agustus lalu, Natalie berpartisipasi pada ajan maraton, dan berhasil menyelesaikan rute sejauh 5k.

Selain sukses ‘melawan’ obesitas, kabar bahagia lainnya adalah hasil diagnosa yang menunjukkan bahwa dirinya tidak memiliki kecenderungan mengalami serangan jantung.

Mendengar kabar tersebut, membuatnya semakin semangat menjalani gaya hidup sehat, untuk menjaga kestabilan berat badannya.

Harapan untuk membimbing tiga anaknya menjadi manusia dewasa yang membanggakan, akan terus terpatri dalam hatinya.

Bayangan itu memberikan rasa bahagia, dan juga sebagai reminder yang menjaganya untuk tidak menyerah.

(K. Wahyu Utami / kompas.com)

Artikel Terkait