Advertorial

Sindrom Cotard, Masalah Kejiwaan di Mana Orang Berpikir Dirinya Sudah Mati

Mentari DP

Penulis

Sindrom ini tidak diklasifikasikan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V).
Sindrom ini tidak diklasifikasikan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V).

Intisari-Online.com – Masalah kejiwaan termasuk masalah kesehatan yang sulit diobati. Tapi tahukah Anda apa saja penyakit kejiwaan?

Salah satunya yang sering terjadi pada seseorang adalah depresi. Sementara yang paling parah adalah skizofrenia.

Nah, ada lagi satu jenis penyakit kejiwaan yang jarang terjadi tapi benar adanya.

Namanya adalah sindrom Cotard atau kadang-kadang dijuluki ‘Walking Corps Syndrome’, di mana pasien percaya bahwa mereka sudah meninggal atau sebagian tubuh mereka mereka telah meninggal.

(Baca juga:Bocah 11 Tahun Penderita Sindrom Down yang Berhasil Jadi Brand Ambassador Pakaian Anak. Angkat Topi Tinggi-tinggi untuknya)

(Baca juga:Kate Grant, Penderita Sindrom Down yang Siap Memulai Kariernya Sebagai Model)

Sindrom ini tidak diklasifikasikan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-V).

Namun diakui sebagai “penyakit kesehatan manusia” dalam Klasifikasi Penyakit Internasional. Menurut Mind, ini terkait psikosis, depresi klinis, dan skizofrenia.

Juru bicara Mind mengatakan kepada independent.co.uk bahwa sindorm Cotard itu langka.

“Sindrom Cotard adalah sejenis khayalan yang biasanya dikaitkan dengan penolakan eksistensi diri,” katanya.

“Orang yang mengalami ini mungkin percaya bahwa mereka sudah mati, sekarat, bagian tubuh mereka tidak ada, atau mereka tidak perlu melakukan aktivitas untuk menjaga agar tetap hidup (seperti minum dan makan).”

Ahli saraf Prancis, Jules Cotard mengidentifikasi kasus ini pertama kali di tahun 1800-an.

Dia menggambarkan seorang wanita yang menderita kondisi tersebut dengan “dia tidak memiliki otak, tidak memiliki saraf, tidak ada perut, tidak ada usus, hanya kulit dan tulang dari tubuh yang membusuk”.

Salah satu pasien, Esme Weijun Wang, menceritakan pengalamnnya selama dua bulan menderita sindrom ini.

(Baca juga:Jangan Terbalik-balik, Begini Membedakan Sindrom Kelelahan kronis dengan Kelelahan Biasa)

(Baca juga:Remaja Ini Tewas Setelah Memakan Rambutnya Sendiri: Apa Itu Sindrom Rapunzel?)

Wang menjelaskan bahwa setelah berminggu-minggu kehilangan “perasaan realiatasnya”, dia terbangun dan mengatakan kepada suaminya bahwa dia benar-benar meninggal sebulan sebelumnya, ketika dia pingsan di pesawat.

“Saya yakin bahwa saya telah meninggal dalam penerbangan itu dan saya berada di alam baka tapi tidak menyadarinya,” ucap Wang.

Tahun 2013, seorang pria Inggris bernama Graham didiagnosis menderita sindrom Cotard. Dia percaya bahwa dia telah mati setelah usaha bunuh diri akibat depresi berat.

“Saya tidak perlu makan, berbicara, atau melakukan apapun,” tutur Graham.

Untungnya kondisi Graham berangsur membaik dengan terapi psikoterapi dan pengobatan.

Artikel Terkait