Advertorial
Intisari-Online.com -Jepang menjadi salah satu negara yang menolak dan menganggap menato badan adalah suatu kesalahan.
Tato di Jepang sejak lama telah dicap sebagai tanda orang yang mengikuti kelompok kejahatan, seperti Yakuza. Tato biasanya manifestasi dari janji dari kelompok tersebut.
(Baca juga:Selain Punya ‘Image’ Buruk di Beberapa Masyarakat, Tato Juga Punya Risiko Buruk Bagi Kesehatan)
Konsekuensinya, siapa pun dengan tinta di tubuh, tanpa melihat profesi, dilarang masuk ke kolam renang umum, termasuk kolam sumber air panas, pantai. Merela juga dilarang masuk ke klub gym.
Ron Sugano, seorang seniman yang membuka usaha tato, berusaha membedakan jenis tato miliknya dengan bentuk tato Yakuza.
Ia membuat motif Zen yang banyak menarik orang asing. Motif Zen adalah gaya arsitek Buddha di Jepang.
Pemerintah Jepang cukup susah untuk diyakinkan agar memberi izin usahanya dapat berlanjut.
Bahkan, pengadilan di Osaka menguatkan peraturan hanya dokter medis yang bisa mengatur tato secara legal.
Seniman tato seperti Sugano dinilai melakukan kejahatan setiap kali mereka memegang jarum tato.
Menjadi dokter medis membutuhkan banyak uang dan waktu, tentu hal bodoh bila seseorang mendapat lisensi kesehatan hanya untuk menjadi seniman tato.
Pada 2015, Taiki Masuda, salah seorang seniman tato didenda 300 ribu yen karena tatonya.
Ia memutuskan membuat Non Government Organization (NGO) yang disebut “Save Tattooing in Japan”
Anggota organisasi ini sekarang sekitar 200 seniman tato.
(Baca juga:Pria Australia Ini Habiskan Rp1 Miliar untuk Mentato Seluruh Tubuhnya, Termasuk Organ Vital Ini)
Kelompok ini mengkampanyekan hak untuk mempraktikkan seni tato dengan bebas sebagai bentuk seni tubuh.
Mereka berharap seniman tato mendapat pengakuan dan memiliki sistem lisensi untuk seniman tato. Dengan begitu industri seni tato bukan lagi bayangan.
(Melina Ikwan)