Advertorial
Intisari-Online.com – Dalam kampanye Pilpres 2014, salah satu isu yang dihembuskan ke Joko Widodo atau Jokowi adalah isu PKI.
PKI memang diakui masih menjadi “hantu” yang menakutkan. Terlebih menjelang peringatan 30 September 2017 ini, isu mengenai kebangkitan Partai Komunis Indonesia kembali santer terdengar.
Apakah opini itu dirasakan oleh masyarakat nasional pada umumnya? Apakah rakyat sekarang merasa terancam oleh PKI?
Terkait hal ini, Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menggelar survei opini publik mengenai isu tersebut.
Hasil temuan survei SMRC menunjukkan, secara umum, warga menilai bahwa bangsa ini sedang berjalan ke arah yang benar. Sentimen ini sangat tinggi dan stabil dalam satu tahun terakhir, dan cenderung menguat dalam tiga tahun terakhir.
(Baca juga:Genjer, Lagunya Lekat dengan PKI, Sayurnya Kaya Manfaat)
Sementara, warga umumnya merasa puas dengan jalannya demokrasi hingga saat ini, dan rasa puas ini terus menguat. Ini semua mengindikasikan bahwa modal politik dasar dalam lima tahun terakhir sangat bagus.
Dilihat dari faktor keamanan, secara umum warga merasa aman dari bebagai ancaman. "Secara khusus, 12,6% warga setuju dengan pendapat bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI. Yang tak setuju jauh lebih besar, 86,8%," jelas SMRC.
Lebih jauh,mayoritas orang yang merasa saat ini sedang terjadi kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan pendukung Prabowo Subianto.
Mereka yang meyakini isu kebangkitan PKI itu juga beririsan dengan beberapa pendukung partai politik, terutama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerindra.
"Kami melakukan tabulasi silang, isu 'sedang terjadi kebangkitan PKI' menurut pilihan Presiden dalam Pilpres 2014," kata Direktur SMRC Sirojidun Abbas dalam paparan hasil survei di Kantor SMRC, Jakarta, Jumat (29/9/2017).
"Maka kelihatan, yang mengatakan setuju sedang terjadi kebangkitan PKI itu kelihatan lebih besar diantara pemilih Prabowo," lanjutnya.
Hasil tabulasi silang menunjukkan 19 persen dari responden yang memilih pasangan Prabowo-Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014, menyatakan setuju saat ini sedang terjadi kebangkitan PKI.
Sementara itu, 10 persen dari responden yang memilih pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Piplres 2014, menyatakan setuju saat ini sedang terjadi kebangkitan PKI.
"Jadi, opini tentang kebangkitan PKI terjadi lebih banyak pada pemilih Pak Prabowo ketimbang Pak Jokowi," kata Sirojudin.
(Baca juga:Bolehkah Anak Tonton Film ‘Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI’? Ini Jawaban KPAI)
Masih berdasarkan survei SMRC, dari 12,6% warga yang setuju bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI, sekitar 39,9% (atau sekitar 5% dari seluruh warga) yang merasa kebangkitan itu sudah menjadi ancaman terhadap negara ini.
Nah, yang palinghot, belakangan muncul opini tentang Presiden Jokowi adalah PKI atau terkait dengannya.
"Responden yang setuju dengan opini bahwa Jokowi adalah PKI sekitar 5,1%, relatif sangat kecil dibanding yang tidak setuju, 75,1%," demikian temuan SMRC.
Informasi saja, populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1.220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1.057 atau 87%. Sebanyak 1.057 responden ini yang dianalisis. Margin of error rata-rata dari survei dengan ukuran sampel tersebut sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (dengan asumsi simple random sampling).
Selain itu, responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. (*)
(Baca juga:Film 'Pengkhianatan G30S/PKI' dan Tahun 1965 Yang Tak Pernah Berakhir)