Begitu pun Rukayah tidak tertarik menggunakan alat tenun bermesin. Selain dapat menghapus kekhasan kerajinan gedog, hasilnya tidak memuaskan.
Terbukti, beberapa rekannya yang beralih ke alat tenun bukan mesin (ATBM, alias dengan pancal), kini kembali ke alat tenun tradisional. Masalahnya, dengan ATBM benang tenun mudah putus.
(Baca juga: Tak Hanya Untuk Kerajinan atau Perabot, Bambu Juga Bisa Dipakai untuk Membuat Sepeda)
Bentuk kerajinan gedog sebenarnya beraneka rupa. Sebut saja mulai dari kain tenun gedog, kain tenun motif non-gedog, kain batik nongedog, sampai kain seser.
Kain tenun gedog itu kain hasil tenun berhiaskan motif gedog. Sedangkan kain batik gedog terbuat dari bahan kain non-tenun yang berhiaskan motif gedog.
Selama ini ada sekitar 22 motif asli gedog, di antaranya motif panji konang, panji serong, ganggeng, kembang randu, kembang waluh, cuken, melati selangsang, satriyah, kijing miring, likasan kothong, guntingan, dll.
Umumnya, hiasan motif berupa penghalusan dari bentuk tanaman, satwa, dan bentuk-bentuk abstrak yang penuh dengan hiasan titik, garis lurus, dan garis lengkung.
Ada juga hiasan berupa guratan-guratan yang pecah seperti permukaan marmer. Artistik sekali.
Sedangkan kain tenun motif non-gedog dihasilkan dari permainan warna barang tenunannya. Sekilas kain jenis ini tidak banyak berbeda dengan kain tenun dari daerah lain.
Motifnya antara lain usik, dom sumelop, kembang batu, batu rante, intip iyan, semar mendem, sleret blungko, dsb.
Untuk tangkap ikan
Sedangkan kain seser disebut demikian karena jenis kain ini dulu dipakai untuk menyeser, yakni menangkap ikan dan udang di sungai.
Tidak aneh kalau jarak antarbenang tenunan kain seser itu longgar. la juga tanpa motif atau warna.
Selain jenis kain-kain itu, ada juga perajin yang memproduksi kain dengan motif baru, paduan antara motif asli dan motif kontemporer.
Jadi, jangan heran kalau ada motif gedog berpadu dengan nama instansi, logo perusahaan, nama toko, lembaga, bahkan gambar tokoh kartun, slogan, dan lainnya.
"Bagaimanapun perpaduan itu tidak mengorbankan idealisme dalam melestarikan motif yang ada," Rukayah memberi alasan.
Harga berbagai bentuk kain kerajinan gedog dipatok tergantung pada jenis, ukuran, dan bahan pewarnanya.
Bentuknya pun kemudian dikreasikan menjadi kaos, taplak, seprai, kipas, hiasan dinding, kap lampu.
Dengan pemasaran hingga ke sejumlah kota besar, misalnya Surabaya, Semarang, dan Jakarta, juga berbagai kota di Bali, rasanya tenun gedog bisa mudah kita temukan.
Jadi, kalau Anda menjumpai tekstil khas, bisa jadi itu kerajian gedog dari Tuban. (Heri Agung Fitrianto)
(Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 2002)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR