Advertorial
Intisari-Online.com – Seorang pria terlihat berjalan di padang pasir dan merasa terganggu.
“Bagaimana bisa tidak ada sesuatu pun yang tumbuh di sini?” Ia bertanya-tanya dengan lantang lalu melihat ke langit dan memohon, “Tuhan, mengapa Engkau tidak menyirami padang gurun?”
Ia melihat sekeliling untuk melihat apakah Tuhan akan menjawab doanya dan melihat sumur di dekatnya yang sebelumnya tidak ia perhatikan.
Pria itu menatap ke langit lagi dan berkata, “Itu tidak baik. Bagaimana ada yang bisa membawa air dari sumur?”
Ketika ia melihat sekeliling lagi, ia melihat setumpuk ember yang tidak ia lihat sebelumnya.
“Pffft! Apa gunanya ember air tanpa cara membawanya?” tanyanya.
Saat itu, ia merasakan dorongan pada sikut dan terkejut melihat seekor keledai di sampingnya.
Pria itu benar-benar frustasi sekarang.
“Untuk terakhir kalinya, mengapa Engkau tidak menyirami gurun?” teriaknya.
Pria itu berbalik, merengut pada keledai dan hendak pergi saat melihat secarik kertas kecil jatuh dari langit. Ia melihatnya mendarat di kakinya dan mengambilnya.
Surat itu berisi, “Saya menyediakan sumur, ember, dan keledai. Kau memiliki semua yang kau butuhkan untuk menyirami padang pasir, saatnya untuk memulai.”
Pria itu meremas-remas kertas itu, mendesah, dan berjalan lagi dengan lesu.
Dan padang pasir tidak pernah disirami.
Terkadang, mudah untuk mengharapkan agar Tuhan atau pemerintah atau orang lain untuk memberikan keajaiban atau mengambil tindakan dalam memecahkan masalah yang kita lihat di sekitar kita.
Namun, kita diingatkan bahwa terkadang mukjizat terjadi bukan karena Tuhan menggunakan tanganNya untuk menyelesaikan semuanya bagi kita dalam sekejap.
Tetapi Dia telah melengkapi kita untuk berpasangan denganNya demi mengubah dunia dan membuat segalanya menjadi lebih baik.
Jadi, jangan melihat masalah dunia dan menuntut agar Tuhan membuat segalanya menjadi lebih baik. Kita melihat bagaimana Dia telah melengkapi kita untuk melakukan sesuatu tentang hal itu.
Kita telah diberi sumur, ember, dan keledai.
Kita memiliki semua yang kita butuhkan untuk membuat perbedaan positif. Akankan kita melangkah ke dalam panggilan kita? Ataukah seperti pria tadi yang pergi begitu saja?