Penulis
Intisari-online.com -Belakangan ini, ranah maya di media sosial semakin panas. Apalagi isu yang ditebarkan di media sosial menyinggung persoalan yang sangat sensitif.
Berbagai konten, mulai dari tulisan, gambar, video, dan komentar beredar di media sosial. Bahkan saking banyaknya, pengguna media sosial terjebak dalam riuhnya suasana di situ.
Terkadang sampai mengabaikan akal pikiran yang jernih.
Sebagai pengguna media sosial, kita adalah pelaku dan juga orang yang diterpa langsung oleh berbagai informasi berseliweran di dunia maya.
Hal ini berarti sebagai manusia yang masih memiliki akal dan pikiran kita dituntut untuk bijaksana di media sosial.
Sebab, kalau kita terlalu terlena akan ‘panasnya’ media sosial, lama-kelamaan kita juga termasuk salah satu penyebar kebencian tanpa kita sadari.
Isu-isu kontroversial memang menjadi santapan informasi yang hangat di media sosial. Mengapa disebut santapan? Karena kita memang hidup pada zaman di mana informasi menjadi konsumsi yang penting (dianggap penting, walau belum tentu penting).
Karena media sosial juga ranah yang bebas, kita juga terlibat dalam interaksi dan komunikasi dengan sesama warga dunia maya.
Sebenarnya kalau bicara informasi yang negatif, kebanyakan dampaknya adalah melelahkan dan membuat kita stres.
Sadar tidak sadar, begitulah kenyataannya. Apalagi jika kita terjebak dalam interaksi yang tidak harmonis dengan teman-teman di media sosial.
Tujuan awal media sosial adalah menciptakan suasana sosial yang positif, bukan negatif.
Sehingga setiap postingan NEGATIF yang disebarkan di media sosial sudah pasti mengganggu banyak pihak. Lalau bagaimana caranya menghadapi berbagai postingan yang mengganggu itu?
Pertama sekali, jangan membalas atau ikut mengomentari dengan cara yang serupa.
Jika kita juga melakukan hal yang sama, ya sama saja artinya kita turut menjadi penyebar kebencian juga.
(Baca juga:Jika Masih Ingin Punya Teman, STOP Menyebarkan Kebencian di Media Sosial Mulai Sekarang!)
Banyak ‘postingan’ yang sebarkan kebencian di media sosial, begini cara menghadapinya :
1.Jika mereka menggunakan bahasa kebencian terhadap suatu suku, ras, gender, dan agama, report akun tersebut
Jangan takut kehilangan teman di media sosial. Jika postingan yang dibuatnya sudah keterlaluan, kita berhak untuk melaporkan akun miliknya.
Terlepas dari yang dibagikannya itu menyinggung agama, suku, ras kita atau tidak, selama postingan itu melenceng dari kaidah yang berlaku, silakan report!
Sebab keinginan mereka adalah pertikaian dan pertengkaran, mengapa mesti ragu untuk melaporkannya?
Akun yang terus menerus menyebarkan kebencian hanya akan membuat kita terikut jatuh. Sederhananya begini, jangan mau stres gara-gara media sosial.
Jika akun itu sudah menggunakan kalimat yang mengandung unsur kebencian lebih dari lima kata, tidak hanya melaporkannya, mem-block nya juga sah-sah saja.
Jika Anda ragu, hapuslah postingan atau komentar negatif dari lini masa Anda. Jangan biarkan mata dan hati Anda rusak gara-gara postingan yang tidak membangun.
2. Buat batasan di timeline
Di facebook misalnya, kita bisa memilih untuk menyembunyikan dan membatasi siapa dan apa yang bisa kita lihat di ‘dinding’ facebook.
Kita tidak membutuhkan orang yang penuh nafsu amarah dan kebencian di ifacebook kita bukan?
Buat batasan di akun kita sendiri demi kebaikan kita. Jangan ragu untuk melakukan itu. Kita perlu untuk menjauhkan diri kita dari informasi yang merusak mental.
Dan pula, media sosial bukan sumber informasi paling akurat. Jika kita butuh informasi, bacalah koran ataupun media yang cukup kredibel.
Media massa saja butuh disaring informasinya, apalagi media sosial?
>(Baca juga:Daripada Menyebarkan Hal Negatif karena 'Bad Mood', Lebih Baik Mengubahnya dan Berbagi Hal Positif)
3. Misalnya tergabung dalam grup, ajak anggota grup membuat aturan dan etika yang disepakati dalam grup
Buatlah kesepakatan bersama anggota grup untuk tidak menyantumkan dan membagikan konten yang menyebarkan kebencian. Sekecil apa pun itu.
Berikan sanksi ‘dikeluarkan dari grup’ jika tidak mengikuti aturan yang sudah disepakati bersama.
4. Saling menghargai sesama warga dunia maya
Jika berdiskusi di media sosial, tetap terapkan etika saling menghargai. Gunakan bahasa dan kalimat yang sopan. Ingat! Anggaplah diskusi ini terjadi di dunia nyata.
Di dunia nyata kita juga tidak akan sembarangan berbicara, bukan?
5. Jika postingan sudah terlalu sering dan keterlaluan, jangan takut untuk mem-block
Ada orang yang berulang-ulang dan terus menerus menyebarkan konten yang memicu kericuhan di media sosial.
Dalam hal ini gunakanlah akal sehat kita, jangan perasaan kita. Tidak hanya untuk konten yang menyinggung isu gender dan SARA.
Konten yang mengandung konten sarkas dan penghinaan, tidak layak kita pertahankan.
Betul kita bebas untuk berpendapat, namun jika pendapat itu malah merugikan, menyakiti, bahkan memicu pertikaian, coba pikirkan hal itu tujuannya apa?
Orang-orang yang suka ‘menyampah’ di media sosial perlu tahu, bahwa media sosial bukan tempat sampah untuk umpatan bahkan kebencian yang mereka sebarkan.
(Baca juga:Ternyata, Kaesang Dilaporkan ke Polisi Melakukan Ujaran Kebencian oleh Tersangka Kasus Ujaran Kebencian)
6. Mungkin ini saatnya beristirahat sejenak dari media sosial...
Sadar tidak sadar, bermedia sosial kadang melelahkan juga. Mungkin ini saatnya kita beristirahat sejenak dari dunia media sosial. Tidak ada yang salah dengan itu.
Malah kita akan menyadari betapa menyenangkannya tidak mencekoki diri dengan berbagai konten di media sosial yang kadang-kadang membuat kepala kita pusing.
Good luck and stay strong, sahabat Intisari!