Orangtua Wajib Waspada! 42 Anak Jadi Korban Obat 'PCC' yang Dibagikan Secara Gratis, 1 Anak Meninggal

Ade Sulaeman

Penulis

Para pasien di bawah umur datang dengan keluhan tidak sadarkan diri atau berhalusinasi. Bahkan kaki dan tangan mereka harus diikat karena sering mengamuk.

Intisari-Online.com - Kamis pagi, (14/9/2017), laman Facebook TMC Polda Metro Jaya menyampaikan peringatan kepada para orangtua untuk memberi pengawasan ekstra kepada anak-anaknya.

Hal ini terkait dengan berita tentang Rumah Sakit Jiwa Kendari, Sulawesi Selatan yang kedatangan pasien yang masih anak-anak dan remaja.

Para pasien di bawah umur datang dengan keluhan tidak sadarkan diri atau berhalusinasi.

Setelah ditelusuri, ternyata mereka telah mengonsumsi obat dengan bertuliskan PCC yang dibagikan secara gratis oleh oknum yang tidak mereka kenali.

Informasi terbaru yang disampaikan oleh Badan Narkotikan Nasional jumlah korban sudah mencapai 42 orang (anak-anak dan remaja).

Bahkan satu orang yang masih berusia 14 tahun dan baru duduk di kelas 6 SD dinyatakan meninggal dunia.

Berikut ini postingan lengkap TMC Polda Metro Jaya:

Enak, Tenang Kaya Terbang

Salah seorang korban berinsial HN (16) mengakui bahwa dirinya mengonsumsi tiga jenis obat, yaitu Tramadol, Somadril, dan PCC.

“Saya gabung. Ada yang lima butir, ada yang tiga, ada yang dua, kemudian saya minum bersamaan,” tutur HN di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kendari, Rabu (13/9/2017), seperti dikutip dari kompas.com.

“Enak, tenang kaya terbang. Setelah itu saya tidak sadar lagi, pas sadar, saya sudah ada di sini (RSJ),” ujar HN menceritakan efek dari obat tersebut.

Namun, HN mengaku dirinya tidak mendapatkan obat-obatan tersebut secara gratis, melainkan harus membelinya seharga Rp75.000.

Kaki dan tangan remaja ini juga masih diikat karena HN beberapa kali mengamuk bahkan sempat melukai dirinya sendiri.

Korban Bertambah

Bahkan belakangan dikabarkan jumlah korban terus bertambah mencapai 50 orang.

Hal ini merujuk pada pendataan yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Kendari.

"Kami saja masih melakukan penyelidikan lebih lanjut, sampai saat ini jumlahnya sudah 50 orang," ungkap Kepala BNN Kendari Murniati, Rabu (13/9/2017) malam, dikutip dari kompas.com.

Artikel Terkait