Penulis
Intisari-Online.com -Bagi para pencinta serial perang, pasti tidak asing dengan Legiun Asing Prancis (FFL) yang kesohor itu. Selama abad ke-19, legiun ini banyak digunakan untuk memperluas area jajahan Prancis.
Tapi siapa sangka, Legiun Asing Prancis adalah gabungan dari para bajingan.
Ketika pertama kali menerima anggota FFL, Prancis masih belum menerapkan prosedur standar. Ini menyebabkan calon anggota yang masuk pun bisa berasal dari negara mana pun dan tidak dipertimbangkan kualifikasi kemampuannya.
(Baca juga:Demi Loyalitas Total, Sebanyak 30.000 Legiun Asing Rela Mati Bagi Prancis)
Pada saat itu anggota FFL yang bergabung umumnya berasal dari negara-negara miskin yang sedang berkonflik, para pelarian kriminal, pengangguran, petualangan, dan lainnya.
Oleh karena itu ketika sudah bergabung, anggota FFL tetap dipandang rendah, dianggap tak terdidik, dan militer Prancis sendiri masih menilai FFL bukan tentara yang tangguh serta loyal.
Pengakuan FFL menjadi tentara “resmi” baru terjadi setelah berlangsung Battle of Camaron.
Pengakuan itu tak hanya sebatas kepada ketangguhan FFL dalam bertempur tapi juga kepada loyalitas dan “esprit de corps” yang terus dilestarikan hingga saat ini.
Sebagai pasukan elit yang kini menjadi kebanggan Prancis, kemampuan FFL tak berbeda dibandingkan pasukan-pasukan elit dari negara lian, serba bisa dan siap dikirim ke medan tempur jenis apa saja.
Namun ada perbedaan menyolok, personil FFL terdiri atas berbagai suku bangsa tapi bisa melebur dalam satu kesatuan dan komando.
Saat ini kemampuan dan kualitas anggota FFL bahkan merefleksikan fakta secara internasioanal, berperangkat dan bersenjata moderen, mampu beradaptasi dalam masa apa pun, dan selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan komunikasi moderen.
Apalagi untuk era sekarang, penerimaan calon anggota FFL tidak asal-asalan lagi tapi berdasarkan standard dan kualifikasi tertentu.
Misalnya saja, calon yang berminat menjadi anggota FFL harus lulus ujian test fisik dan mental, bersih dari dunia kejahatan dan untuk mendeteksi status si calon beres atau tidak pihak FFL akan langsung mengecek ke Interpol.
Jika sudah diterima calon anggota FFL disuruh menandatangani perjanjian kontrak kerja secara professional.
Para pelamar FFL pun telah mengalami perubahan status, rata-rata mereka berasal dari negara-negara makmur seperti Inggris dan AS.
Mantan anggota Parachute Regiment Inggris malah dikenal sebagai personil yang paling banyak bergabung dengan FFL.
Umumnya 80 persen pelamar FFL adalah orang-orang yang benar-benar butuh pekerjaaan sedangkan 20 persen lainnya professional yang sangat tertarik dengan legenda dan ketenaran FFL.
Pelamar yang berwarga negara Prancis bahkan cukup banyak dan tidak dilarang.
Tapi ada syarat tersendiri bagi warga negara Prancis saat diterima, paspor mereka akan diamankan dan diganti dengan paspor baru yang menerangkan bahwa anggota baru FFL itu lahir di luar Prancis.
Cara untuk bergabung dengan FFL memiliki syarat tersendiri dan harus dilakukan langsung di tempat-tempat pendaftaran resmi yang tersebar di seluruh Prancis.
Informasi pendaftaran FFL juga bisa dilihat di internet mengingat adsminitrasi FFL telah mengdopsi teknologi canggih.
Pada prinsipnya pendaftaran berlangsung setiap hari dan menerima lamaran calon anggota FFL dari negara mana pun.
Pelamar harus seorang pria yang belum menikah, berumur antara 18-40 tahun, biaya terbang ke Prancis di tanggung sendiri, tak harus menguasai bahasa Prancis, memiliki paspor resmi, dan dalam kondisi sehat fisik serta mentalnya.
Test yang diselenggarakan sebelum diterima sebagai anggota Legiun cukup berat dan diutamakan pada kekuatan lari maraton.
Ujian fisik standar yang biasanya diberikan antara lain lari 10 km tanpa istirahat, 30 kali push up dan 50 sit up per menit, merayap di tali tambang setinggi 10 kaki hanya menggunakan tangan, lari 8 km dengan membawa beban di punggung seberat 12 kg, dan lainnya.
Jika calon peserta bisa diterima, ia akan disuruh datang ke pusat pendidikan FFL di Aubagne membawa barang secukupnya, sebab semua barang yang dimiliki oleh peserta pendidikan akan diambil.
Para peserta didik kemudian hanya diperbolehkan memiliki barang-barang pribadi seperti kamus Perancis-Inggris, peralatan mandi, rokok, jam tangan, dompet berisi uang 200 franc, dan buku catatan.
(Baca juga:Setelah Pantai dan Lokasi Perkemahan, Kaum Nudis Prancis Kini Punya Tempat ‘Nongkrong’ di Taman)
Gaji bulanan yang dibayarkan oleh FFL diberikan secara cash dan anggota legiun tidak diperbolehkan memiliki rekening bank demi menjaga kerahasiaan.
Jika dibayarkan lewat transfer bank, nama yang dibayar harus nama orang lain dan statusnya masih anggota keluarga.
Gaji satu bulan anggota baru FFl adalah 1.418 Dollar AS atau sekitar Rp 15 juta. Bila ditugaskan ke luar Prancis, gaji bulanan diterima dua kali lipat.
Nama asli calon anggota berikut asal-usulnya akan dihapus begitu memasuki kamp Aubagne dan selanjutnya calon anggota akan memakai identitas baru yang diberikan oleh FFL.
Kontrak menjadi anggota FFL minimal 5 tahun dan sesudahnya anggota FFL bisa mengajukan diri untuk menjadi warga negara Prancis.
Setelah menjalani pendidikan militer secara umum anggota FFL kemudian akan bergabung kedalam resimen-resimen dan mendapatkan kemampuan sesuai spesifikasi satuannya.
Pendidikan yang diberikan selain kemampuan perorangan juga ketrampilan tempur infantri dan penguasaan senjata seperti senapan serbu FAMAS, melempar granat, menembak pistol kaliber 9 mm, dan kemampuan mengoperasikan peluncur roket anti tank.
Kemampuan khusus yang diperoleh anggota FFL dengan susah payah demi mendapatkan topi khas FFL, Kepi Blanc, dan sekaligus merupakan tanda diterimanya sebagai anggota baru legiun adalah long march sejauh 50 km.
Long march yang dijalani pada masa pendidikan awal itu selanjutnya akan menjadi tradisi tahunan bagi tiap regiment tapi dengan jarak yang lebih jauh, 160 km dan dikenal sebagai March Or Die.
Peringatan baris tahunan itu adalah untuk menjiwai sebuan peristiwa historis sebuah resimen FFL yang bertugas di Afrika pada masa lampau.
Berkat baris long march itu, reseimen FFL bisa lolos dari kehancuran dan melanjutkan lagi misi tempurnya.
Oleh karena itu sebagai sebuah tradisi tugas-tugas awal anggota FFL baru selalu dikirim ke kawasan Afrika seperti diterjunkan ke kawasan Pantai Gading, Tanduk Afrika, Chad, Djibouti, dan lainnya.
(Baca juga:Ingin Menggoda Suami, Cara Perempuan Prancis Ini Mungkin Bisa Kita Coba)
Dari tugas di kawasan yang selalu bergolak itu, kemampuan anggota FFL bisa dievaluasi dan kemudian baru dikirim lagi ke kawasan lain yang bergolak.
Baik bertugas sebagai pasukan tempur maupun pasukan pemelihara perdamaian PBB (Peace Keeping Force).
Tugas sebagai pasukan PBB bagi anggota FFL sangat prestisius mengingat pada masa lalu mereka lebih dikenal sebagai pasukan yang terdiri dari gerombolan bajingan.