Find Us On Social Media :

Perang Vietnam, Perang yang Menjadi Ajang Uji Coba Jet-jet Tempur Buatan Amerika dan Uni Soviet

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 30 Agustus 2017 | 10:00 WIB

Intisari-Online.com - Ketika pasukan Vietnam yang dipimpin Ho Chi Minh berhasil mengalahkan pasukan Para Prancis dalam pertempuran di Dien Bien Phu pada Mei 1954 , tingkat kepercayaan diri mereka meningkat.

Paman Ho—panggilan akrab Ho Chi Minh—yakin, suatu saat Vietnam akan menjadi negara merdeka berideologi komunis. Siapa pun musuh yang dihadapi akan dihancurkan.

Tak hanya berkuasa di Utara, Paman Ho juga terus menularkan ideologinya di Selatan. Sel-sel gerilya (kita kenal dengan Viet Cong) pun mulai dibangun di Vietnam Selatan. Dan secara perlahan ia menjadi kekuatan mengerikan yang siap mencengkeram siapa pun, termasuk negaranya sendiri.

Semangat Paman Ho untuk mengkomuniskan Vietnam Selatan sejalan dengan semangat Blok Timur yang digawangi Uni Soviet dan China. Semua tahu, mereka sangat ingin “memerahkan” Asia Tenggara.

Oleh sebab itu, bantuan senjata dari dua negara untuk Vietnam Utara pun tak putus-putusnya.

Paman Ho lalu menyalurkan bantuan itu melalui jalur logistik yang sangat efektif yang telah ia bangun semasa pertempuran Dien Bien Phu. Jalur itu dikenal dengan Ho Chi Minh Trail.

Bantuan logistik inilah yang membuat pasukan-pasukan gerilya di Vietnam Selatan semakin berani menyebarkan ideologinya.

Pemerintah AS di Washington yang saat itu dipimpin oleh Presiden John F. Kennedy pun sangat terganggu dan memutuskan untuk mengirimkan pasukan ke Vietnam Selatan.

Januari 1962 menjadi bulan yang bersejarah bagi Amerika. Pada bulan itu, untuk pertama kalinya pasukan AS yang dikirim ke Vietnam bertempur melawan pasukan Viet Cong.

Perang itu berlangsung hingga setahun kemudian, dengan banyak sekali korban tewas dari pihak Amerika.

Kondisi jatuhnya banyak korban inilah yang membuat pemerintah AS di Washington mulai sadar, penugasan bertempur di Vietnam adalah langkah yang amat riskan.

Sialnya, Presiden Kennedy, yang dikenal sebagai veteran Perang Dunia II sekaligus sangat kritis terhadap perkembangan konflik di Vietnam dan memutuskan tidak mengirim lagi pasukan ke sana, keburu tewas.

Ia ditewas setelah ditembak. Masalah Vietnam kemudian diambil alih oleh penggantinya yang dikenal punya watak keras dan suka perang: Henry Johnson.