Penulis
Intisari-Online.com - Dalam berbagai dunia penelitian yang dilaksanakan oleh sejumlah Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI serta swasta, pada tahap uji coba jarang menggunakan manusia sebagai obyeknya.
Namun untuk pengujian parasut yang masih merupakan produk baru untuk mendapatkan sertifikasi tetap harus menggunakan manusia.
Uji coba parasut menggunakan manusia jelas berisiko tinggi karena ada kemungkinan parasutnya tidak mengembang.
Untuk mengantisipasi segala kemungkinan buruk sewaktu menguji coba parasut menggunakan pesawat heli, sejumlah tahap pun dilaksanakan secara seksama.
Tahap pertama uji coba adalah pelepasan parasutdengan menggunakan dummy (boneka) yang bobotnya seberat orang dewasa (95 kg).
(Baca juga: Gara-gara Lupa Jemur Parasut, Sejumlah Pasukan Payung TNI Gugur saat Latihan)
Sebelum uji coba menggunakan dummy, parasut diperiksa secara teliti dan detail, mulai dati tali temali kanopi hingga kain payung.
Uji coba penerjunan dummy menggunakan parasut itu juga berlangsung beberapa kali, sehingga diperoleh kepastian jika digunakan untuk terjun manusia akan berlangsung aman.
Sebelum menggunakan manusia sebagai wahana uji coba, Dislitbang menggunakan semacam ritual syukuran potong tumpeng agar baik peterjun maupun parasutnya dalam kondisi aman.
Dua peterjun yang melaksanakan uji coba parasut produksi kerjasama antara Dislitbangau dan PT.Langit Biru, Bandung melengkapi diri dengan payung cadangan.
Seperti umumnya para peterjun,penggunaan payung cadangan dilaksanakan ketika payung utama menghadapi kendala sehingga tidak bisa mengembang.
(Baca juga: Luke Aikins, Orang Pertama di Dunia yang Melompat dan Mendarat Tanpa Parasut dari Ketinggian 8 Km)
Uji coba menggunakan parasut oleh dua peterjun dibantu oleh sejumlah personel Paskhasau Wing 3 dan berlangsung di Pangkalan TNI AU Suryadarma, Kalijati, Subang ..
Proses penerjunan menggunakan dua helikopter EC-120 Colibri dari Skadron Udara 7 yang terbang pada ketinggian di atas 7.000 kaki.
Pada penerjunan sorti pertama dilaksanakan penerjunan dengan menggunakan dummy seberat 95 kg dan bisa terlaksana dengan lancar.
Penerjunan dengan manusia baru dilakukan pada sorti kedua dan ketiga dengan teknik terjun dari ketinggian (HAHO) dan pelepasan parasut pada ketinggian rendah (HALO), yang juga berlangsung lancar dan aman.
Suksesnya uji coba parasut dalam proses penerjunan dua teknik itu sekaligus menunjukkan bahwa parasut produk dalam negeri itu layak mendapat sertifikasi dan selanjutnya siap diproduksi secara massal demi kepentingan TNI atau untuk kepentingan olah raga dirgantara.
(Baca juga: Alasan Pesawat Komersial Tidak Pernah Menyiapkan Parasut untuk para Penumpangnya)