Find Us On Social Media :

Songgolangit, Si Kancing Jas Pereda Asam Urat

By Moh Habib Asyhad, Senin, 21 Agustus 2017 | 18:00 WIB

Songgolangit banyak dijumpai di Afrika Barat dan daerah tropis lainnya, seperti di Indonesia. Daya tahan hidupnya patut diacungi jempol.

Meski nongol hanya sekitar dua bulan di saat musim hujan, ia tidak benar-benar mati. Cuma mati suri.

Pangkal akarnya masih tersimpan di dalam tanah, menunggu turunnya hujan untuk bisa tumbuh lagi.

(Baca juga: Meski Liar, Namun Kersen atau Talok Punya Segudang Manfaat Kesehatan)

Ciri khasnya ditandai dengan adanya bulu-bulu halus di seluruh permukaan daunnya. Saat berbunga, bulu-bulu halus itu juga menempel pada batang bunganya.

Sepintas bentuk bunganya mengingatkan kita pada opium, cuma yang ini berwarna kuning. Bunganya terdiri atas lima mahkota berwarna kuning.

Bila bunga mengalami penyerbukan sempurna, maka akan menghasilkan buah sebelum akhirnya nanti tumbuh menjadi tanaman baru.

Bentuk buahnya sangat khas, berupa butiran kecil-kecil, panjangnya tak kurang dari 0,5 cm dan ringan.

Karena sifatnya itulah songgolangit lebih mudah berkembang  biak. Dengan bantuan angin, bibit songgolangit akan cepat tersebar ke berbagai penjuru tempat.

Selain lewat biji, songgolangit bisa beranak-pinak dengan cara yang disebut geragih. Maksudnya, tumbuhan ini akan merebahkan batangnya ke tanah.

Lalu dalam waktu tertentu pada batang yang menyentuh tanah ini akan tumbuh akar. Selanjutnya, ia menjadi tanaman baru.

Itu sebabnya tanaman perdu ini hidup menggerombol. Namun, tak jarang ia tumbuh di sela-sela tanaman bunga di kebun atau tanaman jagung, kedelai, ataupun lombok di tegalan.