Ini Baru Keren! Sekolah Ini Mengganti Hukuman dengan Meditasi … dan Hasilnya Luar Biasa

Moh Habib Asyhad

Penulis

Alih-alih menyuruhnya berdiri di depan kelas atau di sisi lapangan, sekolah menganjurkan mereka untuk duduk bersemadi di lantai. Mereka disuruh bersemadi.

Intisari-Online.com -Menyuruh murid yang bandel, nakal, dan usil, untuk duduk diam di lantai sepertinya bukan ide yang umum terjadi di sekolah-sekolah.

Tapi itulah yang diterapkan di Robert W. Coleman Elementary School di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, yang mengganti hukuman dengan meditasnya.

Meski demikian, hasilnya … sungguh luar biasa.

(Baca juga:Potret Pendidikan di Finlandia: Waktu Belajar Hanya 3 Jam, Tak Ada PR dan Ujian, tapi Jadi yang Terbaik di Dunia)

Seperti dilaporkan Upworthy setahun yang lalu, sejak awal tahun sekolah dasar tersebut sudah tidak memberi hukuman kepada muridnya yang bandel.

Alih-alih menyuruhnya berdiri di depan kelas atau di sisi lapangan, sekolah menganjurkan mereka untuk duduk bersemadi di lantai. Pihak sekolah mengklaim “hukuman” ini lebih berdampak pada murid.

Bagaimana mereka melakukannya?

Program ini diberi nama “Holistic Me”.

Alih-alih disuruh berdiri di depan kelas atau diberi skorsing, para murid ini akan digiring ke sebuah ruangan khusus yang disebut “Mindful Moment Room” jika mereka berbuat nakal.

Ruangan itu terdiri atas lampu, dekorasi, dan bantal ungu.

Dibuat dalam kemitraan dengan badan amal setempat Holistic Life Foundation, ruangan ini bisa diperuntukkan bagi siapa saja.

“Ini luar biasa. Anda tak akan berpikir bahwa bocah-bocah akan bermeditasi dalam keheningan. Dan mereka melakukan itu,” ujar Kirk Philips, koordinator program ini.

Kabar yang beredar di Inggris Raya menyebutkan bahwa program ini diprediksi akan semakin ramai.

(Baca juga:Antarina Melawan Sistem Pendidikan Gaya Pabrik)

Beberapa sekolah di Negeri Ratu Elizabeth itu, seperti dilansir Metro.co.uk, telah menyiapkan program serupa—jadi, kita tunggu saja dampak besarnya.

Pertanyaannya, apakah model “hukuman” seperti ini cocok bila diterapkan di negara yang sistem pendidikan belum beres seperti Indonesia?

Artikel Terkait