Find Us On Social Media :

Indonesia Ingin ‘Borong’ Sukhoi: Terkait Perubahan Nama Laut China Selatan Jadi Laut Natuna Utara?

By Ade Sulaeman, Kamis, 27 Juli 2017 | 13:30 WIB

Jet tempur Su-35

Kapal induk terbaru pun mulai dibangun oleh China, satu telah operasional, satu lagi nyaris operasional, dan satu lainnya dalam proses pembangunan.

Pembangunan kapal-kapal induk itu jelas ditujukan untuk menghadapi kapal-kapal perang AS atau India.

Sejumlah pangkalan militer yang merupakan titik aju juga telah dibangun China di sepanjang perairan LCS, misalnya di kepulauan Spratley.

Pangkalan militer yang dibangun dengan teknik arsitektur mutakhir (mega struktur) itu merupakan pangkalan untuk bersarangnya kapal-kapal perang, kapal tug boat,kapal penangkap ikan, kapal kargo, landasan jet-jet tempur, dan bahkan pesawat pembom.

Pangkalan itu jelas merupakan front terdepan China untuk menghadapi negara-negara di sepanjang perairan LCS.

(Baca juga: China Mengklaim Menemukan 'Sinkhole' Terdalam di Dunia di Laut China Selatan)

Secara militer China bahkan sudah siap bertindak agresif bukan hanya defensif lagi.

Lalu apakah AL China merupakan ancaman bagi NKRI?

Kasus Natuna telah membuktikan bahwa mereka adalah ancaman potensial.

Untuk itu di Natuna pun akan segera dibangun pangkalan militer ala Pearl Harbour, mengacu kepada pangakalan AL AS di wilayah Hawai, yang pada PDII pernah babak-belur karena dihantam Jepang.

Pearl Harbour pernah berantakan akibat dihantam Jepang melalui gempuran udara masif yang diterbangan dari kapal induk.

Kini China selain terus membangun kapal-kapal induknya, juga telah membangun sejumlah pangkalan aju, yang merupakan pulau kapal induk, di sepanjang perairan LCS.

Superiritas udara telah menunjukkan bahwa kapal-kapal perang sehebat apapun bisa dihancurkan melalui serangn udara seperti di pertempuran Laut Midway dan Laut Atlantik ketika Sekutu berhasil menenggelamkan kapal perang Jerman Bismarck .

Atau di lautan Pasifik ketika pesawat-pesawat tempur AS berhasil menenggelamkan kapal perang raksasa Jepang, Yamato.

Berkaca dari pengalaman perang yang kemenangannya ditentukan oleh superioritas udara itu, seharusnya TNI memang pantas memiliki jet tempur seperti SU-35 atau jet-jet tempur setara SU-35 jika mau lebih handal mempertahankan NKRI.

Pasalnya, posisi jet-jet tempur paling mutakhir hanya stand by di pangkalannya saja telah membuat negara lain, khususnya China jika ingin bikin ulah, harus berpikir dua kali.

Meskipun tidak digunakan untuk berperang, keberadaan jet-jet tempur yang selalu siaga sangat penting untuk menciptakan efek gentar (diterrent effeck ) bagi negara-negara yang berniat menyerang Indonesia.